Personal branding bisa dikatakan sebagai brand/merek seseorang yang menjadi identitasnya, yang dapat membedakannya dengan orang lain. Membangun branding diri atau personal branding sama halnya mengemas diri dengan cara menonjolkan ciri khas kita kepada publik, dengan tujuan utama untuk memperkenalkan produk kita.
Manfaatkan Media Sosial
Saya bergelut dalam dunia kepenulisan sebagai penulis dan editor naskah, tentu yang saya promosikan adalah buku. Saya memperkenalkan diri dan ingin diketahui publik telah memiliki karya buku berupa tulisan sendiri dan karya editing.Â
Menurut saya, cara branding diri yang paling efektif adalah melalui media sosial. Bisa kita manfaatkan akun media sosial yang paling potensial. Seperti Facebook, WhatsApp, Instagram, atau Tiktok yang sekarang sedang booming. Saya memilih lebih fokus membangun branding diri di Facebook dan WhatsApp. Selain karena follower lebih banyak di sana, tuntutan pekerjaan sebagai admin media sosial dan book marketer juga mengharuskan saya lebih aktif di sana. Namun, tetap memaksimalkan penggunaan akun media sosial lainnya.Â
Sering-seringlah share hal-hal kecil atau remeh-temeh di berbagai media sosial kita. Terbukti, cara ini ampuh saya lakukan. Karena saya adalah penulis jebolan grup menulis online di Facebook, maka saya pun sering promo di sana. Misalnya, sekadar menulis sepenggal kalimat humor atau posting meme lucu yang memancing tawa. Bisa juga kita tulis beberapa kalimat motivasi yang membangkitkan semangat. Share quotes dari tokoh-tokoh dunia juga bisa.Â
Tonjolkan ciri khas kita. Misal suka 'ngebucin', boleh saja. Yang penting, terkontrol dalam batas wajar. Tidak memancing kerusuhan atau kalau memang sengaja ingin langsung viral, bisa pansos alias panjat sosial, asal dalam hal positif. Bukan hanya cari sensasi.Â
Sesekali, posting juga hal yang serius, tetapi bermanfaat. Info-info ringan contohnya. Tips singkat dan sejenisnya. Intinya, usahakan untuk tidak keluar jauh dari topik.Â
Dahulu, waktu saya masih aktif menulis fiksi yang kemudian menjadi karya cetak berbentuk novel, yang sering saya bahas adalah tentang tulisan yang saat itu sedang saya share. Misalnya, sepotong quotes dari part yang on going. Saya kutip beberapa kalimat dengan menyertakan foto ilustrasi yang sesuai dengan bab yang sedang 'tayang' di grup menulis saat itu.
Yang harus diingat, kedepankan adab. Jangan sampai share hal negatif yang dapat menjatuhkan nilai diri kita. Misalnya, menyindir brand lain yang mungkin berpotensi menjadi rival produk kita.
Saat kita jualan, kadang yang dilirik calon pembeli bukan karena produknya saja. Ada yang tertarik membeli karena suka dengan kepribadian kita sebagai sang owner produk yang sering kita tampilkan di media sosial. Mungkin mereka menganggap kita unik, lucu, ramah, ataupun ber-attitude bagus. Padahal, mungkin produk kita biasa saja alias standar. Nah, itu salah satu poin penting, ya.Â
***