Mohon tunggu...
USWATUN KHASANAH
USWATUN KHASANAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Semester 1 UNUSA

Saya adalah mahasiswa D3 keperawatan fakultas keperawatan dan kebidanan UNUSA, semester 1.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aku Althara

24 Oktober 2022   14:20 Diperbarui: 25 Oktober 2022   09:27 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lamunan Althara buyar lagi karena Pak Kyai turun dari mobil dengan menggunakan payung dan berdiri dihadapan Althara, “Kyai antar, yah. Hari sudah larut, bahaya bagi anak gadis masih diluar rumah jam segini”, kata Pak Kyai.

Untuk pertama kalinya prinsip Althara roboh. Mau bagaimanpun kita sebagai manusia dipatenkan oleh Tuhan untuk menjadi makhluk sosial yang selalu bergantung pada makhluk lainnya. Berlaku juga untuk Althara yang sebelumnya memilih untuk tidak menggantungkan dirinya pada siapa pun. Althara pun memilih untuk mengiyakan ajakan Pak Kyai untuk mengantarnya. Karena disisi lain, Althara melihat segerombolan preman diujung jalan yang menatapnya dengan mata jahil yang membuat hati Althara tidak tenang.

Altahara duduk dibangku penumpang samping Pak Kyai. Cukup canggung karena tidak ada obrolan sama sekali sepanjang perjalanan. Kegiatan yang bisa Althara lakukan adalah menatap hujan dari kaca mobil.

whatsapp-image-2022-10-24-at-13-07-06-2-6357493418333e75c3363ea2.jpeg
whatsapp-image-2022-10-24-at-13-07-06-2-6357493418333e75c3363ea2.jpeg
Sungguh, dulu Althara sangat menyukai hujan. Tapi kalau mengingat bahwa hujanlah yang merenggut nyawa kedua orang tuanya 9 tahun lalu, Althara lebih memilih untuk membencinya saja.

“Rumahmu dimana, Nak?”, tanya Pak Kyai dengan senyumnya yang mengembang.

“A-ah, I-itu eem Panti Asuhan Bintang Purnama diujung Jalan Purnama, kyai”, jawab Althara dengan gugup dan cepat. Entalah, Althara jarang sekali berbicara dengan orang asing. Bisa dibilang Althara adalah gadis berkepribadian introvet dan nyaris tidak menyukai interaksi.

Pak Kyai hanya mengangguk sekali dan memberi intruksi pada sopir pribadinya, ”Ke Jalan Purnama, yah To”

“Siap kyai”, jawab Pak Yanto dengan semangat 45.

“Ojok meneng-menengan rek, kulo pale ngantuk”, canda Pak Yanto yang membuat Pak Kyai terkekeh namun tidak dengan Althara yang lebih memilih melihat hujan dari balik kaca. Bukan tidak sopan, tapi Althara tidak paham apa yang diucapkan Pak Yanto. Maklum, Althara tidak mengerti bahasa jawa timuran.

Beberapa menit berlalu dengan membosankan. Dan Althara bersyukur karena sekarang Dia sudah sampai dipelantaran Panti. Langit Bandung masih hitam namun rintik hujannya masih menyisakan gerimis. Althara turun dari mobil disusul Pak Kyai dan Pak Yanto. “Terima kasih dan maaf merepotkan, Kyai”, ucap Althara dengan kepala menunduk.

Namun baru beberapa langkah ingin menjauh, suara Pak Kyai spontan menghentikan langkah kakinya dan membuat Althara berbalik badan, “Boleh kami bertamu?” pintah Pak Kyai.

“Ya Allah, dari mana saja kamu Al? Ibu cemas seharian kalau kamu belum pulang”, ucap salah satu Ibu panti yang bernama Bu Wilan. Pengurus sekaligus pendiri Panti Asuhan Bintang Purnama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun