'' Bagaimana kamu bisa tahu? ''
'' Tentu saja, beberapa penebang kayu di hutan hampir sering melihat rusa itu, dan aku sekali, itupun sekilas saja. Rusa itu berlari begitu cepat, kakinya sangat lincah. Terkadang warna bulunya menyerupai salju, lalu bisa berubah kuning pucat seperti suasana musim semi, berubah lagi hitam ke abu - abuan bagaikan serbuk kayu. ''Â
Raja Pani pun tersenyum bermaksud. Matanya sedikit tajam memandang wajah penasehatnya. '' Aku ingin rusa itu! ''
'' Untuk apa rajaku? ''
'' Aku mau kulitnya sebagai tas tanganku yang baru. Sampaikan perintah ini, kepada pemuda Miki itu, jika rajanya menginginkan tas dari tangannya namun dari kulit rusa, tanduknya jadi hiasan dinding istanaku. ''Â
'' Rajaku, itu sungguh maksud yang terpuji. Tas kulit dari hewan langka akan sangat dinilai istimewa, bahkan harganya tidak dapat di tukar pada apapun. ''Â
'' Maka dari itu aku menginginkannya. Laksanakan sekarang. ''
'' Baik. '' Penasehatnya menuruti akan perintah rajanya. Ia pun segera beranjak dengan sopan dari depan Raja Pani, menuju rumah Miki.Â
Miki yang sedang asik bekerja di depan mejanya, menjahit sebuah tas tangan wanita dari berbahan kain, tiba - tiba penasehat kerajaan datang dengan membuka pintu rumahnya secara tiba - tiba, ditemani dua orang ajudan pria kerajaan yang masing - masing menggenggam pedang bersarung kain tebal. Miki lekas berdiri dalam keadaan tegang. '' Tuan? Apa hal yang membawa anda kesini? '' Miki mulai tersenyum.
'' Miki, raja memerintahkan sesuatu. Kamu harus mengabulkannya. '' Ujar si penasehat tersenyum.
'' Baik, jika saya mampu. '' Angguk Miki sopan.Â