Mohon tunggu...
usniarr
usniarr Mohon Tunggu... Penulis - Blog

Yesterday was a lesson, today is a lesson, tomorrow will be a lesson too. Because Life is a Lessson.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Analisis Unsur Intrinsik Novel Ronggeng Dukuh Paruk by Ahmad Tohari

27 Januari 2025   09:57 Diperbarui: 27 Januari 2025   09:57 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Novel Ronggeng Dukuh Paruk by Ahmad Tohari (Sumber: Gramedia Digital)

1. TEMA:

SOSIAL, diambil dari masalah kemiskinan masyarakat di dukuh paruk 

BUDAYA, menceritakan kisah dari adat dan kebiasaan di dukuh paruk,mulai kepercayaan,budaya ronggeng dan kebiasaan masyarakat.

ROMANSA, dari antartokoh antara Srintil dengan Pemuda sederhana yang berhasil menjadi tentara. Kisah cerita Srintil dan Rasus.

2. SETTING CERITA:

SETTING SOSIAL:

Masyarakat dukuh paruk memiliki keyakinan akan kepercayaan terhadap moyang mereka, yaitu Ki Secamenggala. Makam Ki Secamenggala menjadi pusat kebatinan mereka. Masyarakat hidup dengan panenan dari ladang.

Ronggeng dan calung menjadi salah satu kebanggan mereka. Tanpa ronggeng dukuh paruk terasa hambar. Dan Srintil menjadi seorang ronggeng yang  terlahir dari keluarga sederhana dengan orang tua penjual tempe bernama Santayib. Salah satu dalang dari peristiwa tempe bongkrek yang menewaskan beberapa orang di desa dukuh paruk.

Rasus, seorang pemuda yang hanya tinggal dengan seorang neneknya yang sudah tua. Setiap hari mengembala 3 ternak kambing, bermain dan bersenang-senang dengan Warta dan Darsus. Dia kuat namun juga lemah, kurang kasih sayang dari ibunya membuat Rasus selalu terbayang sesosok ibunya.

SETTING BUDAYA:

Pagelaran ronggeng dengan mantra pekasih bersama susuk emas yang harus dipasang di tubuh para ronggeng sebelum pementasan.

Adat bukak klambu bagi para ronggeng dimana ronggeng harus menyerahkan raga mereka untuk ditukarkan dengan sekeping ringgit emas.

Upacara permandian di pekuburan Ki Secamenggala menjadi syarat terakhir untuk sah menjadi ronggeng.

SETTING SUASANA:

Suasana meriah diperlihatkan oleh para masyarakat yang begitu antusias menyaksikan pementasan si ronggeng Srintil.

Kemistisan dan ketegangan terjadi disaat Kertareja kemasukan arwah ki secamenggala.

Rasa mencekam tepat  disaat orang orang dukuh paruk keracunan tempe bongkrek itu.

Suasana berduka cita setelah kematian Santayib dan beberapa orang di dukuh paruk.

3.GAYA BAHASA:

-Majas personifikasi menggambarkan benda mati  yang tidak bernyawa seolah memiliki sifat manusia.

Dukuh Paruk masih diam membisu meskipun beberapa jenis satwanya sudah terjaga

Tetes-tetes embun di pucuk daun menangkap sinar itu.

(Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk)

-Majas Metafora adalah semacam persamaan  yang membandingkan dua hal secara langsung tetapi dalam bentuk yang singkat. 

Mereka pantas berkejaran, bermain dan bertembang. Mereka sebaiknya tahu masa kanak- kanak adalah surga yang hanya sekali datang. 

(Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk)

-Majas Hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar besarkan suatu

Malam hari berlatar langit kemarau, langit seperti akan menelan segalanya kecuali apa-apa yang bercahaya.

(Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk)

-Majas Simile merupakan perbandingan yang bersifat eksplisit, pada hakikatnya membandingkan dua hal yang berlainan dengan sengaja.

Emak sudah mati, ketika hidup ia secantik Srintil, tampilan emak bagai citra perempuan sejati.

(Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk)

4.AMANAT:

Pesan Tersirat yang bisa diambil dari kisah rasus  di ronggeng dukuh paruk adalah Mengikhlaskan apa yang telah terjadi membuat kita sadar bahwa sesungguhnya kehidupan itu hanya sementara. Jangan terbelenggu terhadap masa lalu kelam dan berjalan dengan bayang-bayang pertanyaan yang membuat hidup terpuruk. Jadilah tangguh dan tentukan hidup dengan penuh rasa tanggung jawab dan menemukan jati diri kita.

5. NILAI YANG TERKANDUNG:

NILAI BUDAYA:

Srintil mengatakan ada sebuah keris yang bernama Kyai Jaran Guyang. Keris tersebut adalah pusaka Dukuh Paruk dilambangkan sebagai keris pekasih sekaligus jimat bagi para ronggeng.

NILAI  RELIGIUS:

Adanya Kuburan Ki Secamenggala yang terletak di punggung bukit kecil di tengah Dukuh Paruk. Peninggalan itulah menjadi kiblat kehidupan kebatinan mereka.

NILAI MORAL:

Terdapat bagian cerita yang menjelaskan dimana Rasus dan Srintil menemani Nenek Rasus yang telah tua renta. Rasus merasakan empati kepada sang nenek yang telah linglung.

"Ya, Nek. Malam ini Nenek kutemani. Sekarang berbaringlah kembali. Ayo kubantu." 

(Sepenggal dialog Rasus, Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk)

6.TOKOH DAN PENOKOHAN:

Srintil sebagai gadis yang penurut dengan jiwa ronggeng yang kental dalam kehidupannya.

Rasus, pemuda pemberani,pandai bergaul,kuat dan tangguh namun juga lemah.

Warta, pribadi yang perhatian dan bijak.

Sakarya, kakek Srintil dengan kepribadian tegas dan cepat tanggap.

Ki sacamenggala, moyang dukuh paruk, tidak sabaran dan menggebu-gebu.

Kertareja dan Nyonya Kertareja, licik dan serakah.

Santayib, ayah Srintil yang keras kepala.

Sersan Slamet, tentara baik hati, tegas,dan penuh tanggung jawab.

Let's be friends @yarnfhsna

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun