***
"Kalau memang dia pernah dirawat di panti rehabilitasi, menurut saya sih, anak itu belum sembuh betul," ungkap Pak Darmin di sela percakapan dengan sesama guru.
"Abdul Majid, wah, bos dia. Sering mentraktir teman-temannya."
"Ya, saya juga pernah lihat, sekali."
"Maklumlah, anak orang kaya." Â Â
Dipastikan penerimaan Abdul Majid sebagai siswa pindahan tidak cuma-cuma, tidak gratis, tapi tak ada penjelasan dari yang menerimanya langsung, yakni kepala sekolah. Â Diam-diam, ada ketidakikhlasan dari sebagian besar guru. Kemana lagi masuknya kalau bukan ke saku sang kepala sekolah. Begitu mereka menduga. Setiap tahun ada saja siswa pindahan macam itu. Jadi sudah biasa kalau kepala sekolah tidak memberi tahu besaran uang yang diterimanya dari siswa pindahan. Soal itu tak ada yang berani mengungkit dalam forum, Tampaknya tak ada yang berani karena dianggap kurang etis. Namun kalau saja siswa yang diterimanya tidak bermasalah, para guru tidak akan mempermasalahkan.
"Memangnya sekolah kita tempat sampah?" protes seorang guru diamini beberapa guru lain.
"Guru BK yang ketiban pulung. Kebanyakan anak-anak pindahan bermasalah,"
Hal itu kemudian diketahui kepala sekolah. Di forum rapat dia menyampaikan pandangannya. "Kita harus menolong orang. Semoga kebaikan bapak dan ibu menjadi ibadah. Orang tuanya mempercayakan pendidikan anaknya ke sekolah kita. Kita diberi kepercayaan untuk mendidik anaknya. Siapa tahu Abdul Majid menjadi baik setelah didik di sini. Sebagai pendidik, kita pasti bangga jika kelak anak ini menjadi manusia yang berguna bagi bangsa ini. Kita tidak tahu nasib orang. Sekarang yang terpenting, kita lakukanlah yang terbaik sesuai peran masing-masing. Memang, kita bukan bengkel, tapi kalau kita mampu berperan sebagai bengkel yang mampu memperbaiki sesuatu yang rusak menjadi baik tentu ini sangat terpuji. Tuhan mahatahu atas upaya yang kita perbuat, dan tuhan adalah sebaik-baiknya pemberi ganjaran. Semoga saja siswa yang bernama Abdul Majid bisa kita bina."
 "Saya khawatir Abdul Majid membawa pengaruh buruk bagi siswa lain," cetus seorang guru dengan suara pelan.
"Maka dari itu saya ingin mengajak bapak dan ibu, mari kita bekerja sama menangani anak ini."