Mohon tunggu...
USMAN HERMAWAN
USMAN HERMAWAN Mohon Tunggu... Guru - Belajar untuk menjadi bagian dari penyebar kebaikan

BEKAS ORANG GANTENG, Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] Sang Penenun

28 Juli 2018   23:11 Diperbarui: 28 Juli 2018   23:40 648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bukan musuh, tepatnya lawan politik."

"Ayah pernah bermain politik? Partai apa yang ayah masuki?"

"Bukan partai, cuma soal pilkades."

Salma enggan menelisik.

Ayahnya menukas. "Sekarang bergantung pada pendirian dan kemandirian sikap Suradin. Kita dari pihak perempuan, tidak bisa menuntut apa-apa. Jika kemudian tidak berjodoh bersabarlah, Salma. Lembo ade. Relakan pemuda itu."

Ayah dan ibunya memahami kekecewaan Salma. Menyusul kabar burung bahwa Suradin pergi ke Jakarta membawa serta Rodiah yang telah menjadi istrinya. Putuslah harapan Salma untuk bisa bersanding dengannya.  Salma tak bisa melupakan masalah cintanya dengan begitu saja. Sesak dadanya saat teringat pesona Suradin yang hampir saja dapat dimilikinya. Namun dia juga sadar, apalah arti dirinya yang hanya perempuan penenun, perempuan dengan selera masa lalu dan kampungan.     

***

Tak tak tak! Bunyi kayu alat tenun beradu. Salma 'tancap gas'. Dia harus segera menyelesaikan tenun songket. Dia akan menjualnya jika selesai nanti, kira-kira satu setengah hari lagi. Ponselnya berbunyi. Ada pesan yang masuk. Dia mengabaikannya. Berselang beberapa menit dibukanya. Seseorang mengenalkan diri. Namun Salma tidak percaya. "Paling-paling ujung-ujungnya penipuan  seperti biasa," gumamnya.    

Rencananya, setelah menyelesaikan tenun songket, Salma akan mengerjakan tembe nggoli pesanan seorang pengepul di Rasabou. Katanya beliau itu memerlukan ratusan potong tembe nggoli, tapi agar lebih cepat sehingga pemesanannya dibagi-bagi ke sejumlah penenun lainnya. Pemesanan yang terbilang jumlah besar itu kabarnya untuk keperluan ekspor ke negara tetangga, terutama Malaysia. Salma merasa bangga jika kain tenun hasil pekerjaannya dipakai orang di luar negeri.

"Salma," Ibunya tiba-tiba mendekat, "ada kabar baik untukmu."

"Kabar apa itu, Bu?" Salma menghentikan kegiatannya. Tangannya memegang lira.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun