Mohon tunggu...
USMAN HERMAWAN
USMAN HERMAWAN Mohon Tunggu... Guru - Belajar untuk menjadi bagian dari penyebar kebaikan

BEKAS ORANG GANTENG, Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Rumah Sisa

2 April 2018   20:02 Diperbarui: 4 April 2018   00:11 1416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (pixabay/Eduin)

Esok harinya, pagi-pagi benar si Amit mulai menggelar kardus.

"Mit, mau ngapain?" tanya seseorang.

"Mau sarapan."

"Lo kok malah rebahan?"

"Mau ketemu Bang Jumarin dalam mimpi."

"Hah, dasar gila!" Seseorang itu menggerutu sambil bergegas pergi.

***

Seakan masih ada luka yang mengekal sehingga bangunan bekas rumah itu dibiarkan begitu saja. Belum ada seorang pun dari keluarga mendiang Jumarin yang berinisiatif manfaatkan lahannya. Namun kemudian ketua RT setempat mencoba memediasi kedua anak Jumarin dan saudara-saudaranya.

Maka dicapailah kesepakatan, lahan bekas rumah itu dijual. Sebagian uangnya digunakan untuk membadalhajikan Jumarin. Sisanya digunakan untuk biaya berobat si Amit ke rumah sakit jiwa. Sebagaimana dimaklumi bahwa si Amit pernah menjadi karyawan di toko Jumarin. Sejak toko Jumarin bangkrut si Amat kehilangan pekerjaan. Gadis yang akan dilamarnya memutuskan cinta. Si Amit prustasi, meningkat jadi depresi, selanjutnya sakit jiwa.

Hingga dua tahun kemudian, saat cerita ini disusun, bekas rumah itu masih berdiri. Tak jelas, entah apa alasannya sehingga pembelinya tidak segera mengeksekusinya. Satu keadaan yang kini berbeda, bahwa si Amit tak lagi ada di bawah pohon ceri. Selain karena pohon cerinya telah ditebang juga karena si Amat sudah sembilan bulan di rawat di pesantren yang menangani pengobatan bagi pengidap gangguan jiwa.

Yang membuat warga sekitar bekas rumah itu sedikit resah adalah adanya seorang warga yang mengaku melihat penampakan makhluk yang menyerupai mendiang Jumarin. Wallahu'alam.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun