Mohon tunggu...
USMAN HERMAWAN
USMAN HERMAWAN Mohon Tunggu... Guru - Belajar untuk menjadi bagian dari penyebar kebaikan

BEKAS ORANG GANTENG, Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Rumah Sisa

2 April 2018   20:02 Diperbarui: 4 April 2018   00:11 1416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (pixabay/Eduin)

Di atas lahan seluas hampir empat kali lapangan bola voli, masih berdiri sisa bangunan yang tinggal temboknya. Sebagian dindingnya telah ambrol, sementara selup atasnya masih kokoh. Warna catnya tak jelas lagi, bahkan sebagian berlumut. Sedikit kayu kusennya yang tersisa dalam keadaan lapuk, termakan panas, hujan dan angin. Demikian pula dengan besi teralisnya, tak lagi utuh, dimungkinkan ada yang mencopoti dan dijual sebagai barang rongsokan. Empat tiang berlapis batu alam masih berdiri kokoh tapi juga berlumut. Rolling door garasi yang terkulai diliputi karat. Bekas pagar depan tinggal betonnya. Besi-besinya telah raib. Sepintas terkesan seperti situs sejarah yang terabaikan.

Tersebutlah seorang warga bernama Jumarin. Mulanya dia kecewa setelah memastikan namanya tidak tertera pada pengumuman hasil tes calon pegawai negeri sipil di koran lokal. Padahal dia telah membayar sejumlah uang melalui seseorang yang menjanjikan bisa meloloskan namanya. Uangnya tidak kembali. Dia tertipu.

Atas kegagalan itu dia mulai ragu, antara meneruskan tugasnya sebagai guru honor di SD, kuliah, atau berdagang. Berhari-hari dia memikirkannya. Jika bertahan dengan menjadi guru honor dia merasa kasihan dengan anak dan istrinya karena selalu didera kesulitan keuangan. Jika harus kuliah, jelas biayanya tidak memadai lagi pula tak ada jaminan setelah lulus kuliah nanti penghasilannya akan membaik. Sedangkan jika memilih berdagang tentu saja perlu modal uang yang tidak sedikit.

Atas desakan istrinya kemudian dia memilih berdagang. Pekerjaan sebagai guru honor dia tinggalkan. Modal dagang diperolehnya dari hasil menjual sebagian lahan miliknya, pembagian dari orang tuanya. Atas bantuan sahabatnya dia mendapat sewaan kios di pasar M. Dia berjualan sembako. Segala hambatan sebagai pedagang pemula sedikit demi sedikit dapat diatasi.

Berkat kegigihannya, usahanya pelan-pelan mengalami kemajuan. Tokonya jadi besar. Pelanggannya banyak. Untuk memperlancar usahanya dia mempekerjakan tiga orang karyawan. Hari-harinya kian sibuk, istrinya sering pula turun tangan membantu. Di puncak kejayaannya, dia disejajarkan orang dengan orang terkaya di lingkungannya. Ia berpredikat sebagai pedagang sukses.

Perkenalannya dengan Durjaman, pedagang durian asal kawasan Banten Selatan, menjadi penyebab awal kebangkrutannya. Mulanya Jumarin membeli duriannya sampai beberapa kali. Durjaman tahu bahwa Jumarin adalah pemilik toko sembako yang lumayan besar di kawasan pasar M, sehingga dia tak ragu untuk menawarkan kerja sama.

Tak tanggung-tanggung, Jumarin dijanjikan akan mendapatkan emas murni dalam jumlah yang tidak terbatas, suatu tawaran yang menggiurkan. Sedikit sempel emas hasil penambangan ilegal menjadi modal Durjaman untuk membujuk Jumarin. Jumarin tertarik. Diyakininya, ini kerja sama yang menguntungkan.

Seperti diakuinya, Durjaman hanya sebagai perantara. Dia akan bekerja sama dengan para gurandil, yakni para penambang ilegal di lahan milik negara. Setelah memeriksa lokasi penambangan kesepakatan pun terjadi. Jadilah Jumarin sebagai pemodal, Jumarin mengeluarkan sejumlah uang layaknya produser dalam pembuatan film. Bos, adalah panggilan Durjaman kepada Jumarin. Jumarin pun tersanjung.

Uang hasil usahanya terus mengalir melalui tangan Durjaman untuk membiayai proyek perburuan emas. Sementara itu emas yang diperoleh Jumarin hanya mencapai beberapa gram saja, jauh dari jumlah uang yang telah dikeluarkannya. Selalu ada alasan logis yang dikemukakan Durjaman agar Jumarin tidak kecewa bahkan bertambah penasaran.

Selanjutnya Jumarin sering meninggalkan tokonya untuk mengurus proyek itu. Jumarin sempat memeriksa lubang-lubang yang dibuat para gurandil. Namun karena jarak yang cukup jauh sehingga Jaumarin tidak dapat mengawasinya secara baik. Pengawasan lebih banyak diserahkan kepada Durjaman.

Sampai modal tokonya habis dan harta bendanya terjual, emas yang dijanjikan Durjaman tak juga diraihnya. Usaha tokonya gulung tikar. Durjaman pun menghilang entah kemana. Para gurandil yang ditemuinya mengaku tidak tahu menahu urusannya denga Durjaman. Tak ada yang bisa dimintai tangung jawab. Jumarin tertipu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun