Mohon tunggu...
Usman D. Ganggang
Usman D. Ganggang Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan penulis

Berawal dari cerita, selanjutnya aku menulis tentang sesuatu, iya akhirnya tercipta sebuah simpulan, menulis adalah roh menuntaskan masalah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berawal dari Jomblo, hingga Hidup Hanya Sebentar

12 Januari 2020   05:55 Diperbarui: 12 Januari 2020   06:07 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejenak aku diam. "Apakah dia mau cari cewek untuk pasangannya?", batinku. Tetapi supaya jelasnya, aku tanyakan saja, biar kliern.  Cuma sebentar aku analisis maksud premisnya, kembali dia ditelpon. Sambil duduk,kuambil buku dan pulpen untuk mencatat maksud  premisnya," "Abah, hidup itu cuma sebentar, ngejomblonya yang kelamaan", batinku lagi.

Boleh jadi dia masih berpikir-pikir, terkait penjelasannya. Soal kearifan lokal, pantaskah diajukan kepada orangtua soal nikah sementara masih kuliah,, atau boleh jadi hal lain, aku hanya menduga-duda saja. Pasalnya, sejak dia masuk kuliah, sudah aku wanti-wanti agar meraih ijazah sarjana tidak boleh lebih dari satu apalagi tiga ijazah dirah dalam kuliah. Maksud ungkapan itu, kalau masih kuliah, iya kuliah saja, jangan menikah apalgi sudah punya anak. Punya istri dan anak itu maksudnya, ijazah lebih dari satu.

Tanpa menunggu  telponnya, langsung aku tanyakan tentang maksud, hidup itu cuma sebentar, ngejomblonya yang kelamaan.  "Nak, apakah kamu punya cewek dan mau menikah?"             

 "Ah, bukan Abah?" jawabnya dari seberang. Sebentar dia sambung lagi, 

"Sudah saya paham pesan atau nasihat Abah, terkait tujuan kuliahku", bantahnya  serius.

Mencermati jawabannya, langsung kuberikan nasihat lagi. Cepatlah selesai kuliah agar maksud anakku Abah dukung. Ingatkah kamu terkait  premis  yang pernah Abah berikan dulu sewaktu kamu masih duduk di bangku SMA   di Timor doeloe?                                                              

"Apa itu Aba?" tanyanya.                                                                                                             

 "Nak, tak akan lari gunung dikejar! "

"Iya, Abah, tapi itu dulu, bagaimana bisa maju jika masih di tempat tanpa ada usaha?" balasnya "Iya, maksudnya, untuk dapat cewek itu, insya Allah kamu dapatlah" , sambungku ,                  

"Ah, bukan itu maksud ananda, Abah! Bantahnya sambil menambahkan,"  Maksud ananda, adalah  harus berusaha selesai kuliah, baru pikir yang lainnya." Urainya mantap.

Sejenak jedah. Aku harus berpikir jernih, maksud premis anakku. Dari ngejomblonya yang kelamaan hingga hidup hanya sebentar. Kubalik rumusannya, menjadi: Hidup hanya sebentar, lalu ngejomblonya kelamaan, bisa jadi tujuan mewariskan generasi berikutnya diabadikan. Untuk itu perlu ada keutamaan dalam hidup, demi menjawab tujuan hidup. Pertanyaannya,"Apa sih keutamaan itu? " Tentu, beragam jawaban orang terhadap pengertian keutamaan. Ini disadari bahwa setiap orang mempunyai pandangan tersendiri terhadap sebuah objek yang ditinjau dalam berpendapat.Tidak keliru kata orang bijak, kita boleh sama berambut hitam, tapi isi pikiran tidak sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun