Mohon tunggu...
Usman Bima
Usman Bima Mohon Tunggu... Ilmuwan - profesi sebagai dosen tetap pada STIS Al-Ittihad Bima

Data Diri: Nama: Usman, M. Pd. Tempat tanggal Lahir: Bima, 31 Agustus 1981 Profesi: Dosen Tetap pada STIS Al-Ittihad Bima Hobi: Membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Gagasan Versus Politik Kekuasaan

25 Februari 2024   04:30 Diperbarui: 25 Februari 2024   06:36 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber (Komika Parodi)

Sumber (Media Universitas Al-Azhar Indonesia)
Sumber (Media Universitas Al-Azhar Indonesia)

Karakteristik Pemilih

Partai politik dan kandidat sepertinya sadar betul bahwa kemenangan dalam kompetisi elektoral ditentukan oleh kemampuan dalam mengenali karakter pemilih. Absennya edukasi publik mengenai hak-hak politik warga negara membuat pemilih masih berkutat pada dua karakter utama, yakni pemilih emosional dan pemilih transaksional.

Pemilih emosional menentukan pilihannya berdasarkan kedekatan personal, kekerabatan, hingga kedekatan ideologis dan latar belakang: agama, budaya, kedaerahan. Inilah yang membuat politik identitas terus terpelihara dan diproduksi serta direproduksi tanpa henti. Pemilih transaksional lebih didasarkan pada kebutuhan pragmatis, kepentingan jangka pendek. Diktum wani piro seolah menjadi kesalahan yang dimaklumi. Maka, politik uang (money politics) menjadi tren abadi.

Tentu saja masih ada jenis pemilih rasional, pemilih berbasis gagasan dan bagaimana gagasan dikawal hingga implementasi. Namun, sebagaimana pemilu-pemilu sebelumnya, partai-partai peserta pemilu serta para kandidat hampir tidak pernah memperhatikan pemilih rasional.

Jumlahnya yang sangat minim membuat mereka dianggap tidak ada sehingga agenda untuk menggaet pemilih rasional tidak pernah menjadi prioritas partai dan kandidat. Suara pemilih rasional cukup nyaring, tapi dianggap tidak memadai sebagai penentu kemenangan.

Partai-partai besar dan kandidat sepertinya sadar betul bahwa kemenangan dalam kompetisi elektoral ditentukan oleh kemampuan dalam mengenali karakter pemilih.

Kondisi inilah yang membuat partai politik (dan para kandidatnya) lebih fokus ke politik kekuasaan ketimbang politik gagasan. Politik kekuasaan lebih memberikan kepastian mengenai keuntungan yang akan didapat oleh kelompoknya. Politik gagasan justru sebaliknya, selalu berorientasi pada kemaslahatan publik, bukan kepentingan individu atau kelompok. Tidak aneh jika politik gagasan selalu terpinggirkan (atau sengaja dipinggirkan) dalam proses-proses kontestasi politik.

Sumber (Media Center Kalteng)
Sumber (Media Center Kalteng)

Pemilih Mileneal dan Generasi Z

Sumber (Komika Parodi)
Sumber (Komika Parodi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun