Mungkin memang sudah waktunya
berbagi bebanmu pada pundakku.
Sudah cukuplah waktumu, mengajariku berdiri,
meski kurasa belum lagi kokoh pijak pada tapakku.
Toh kini aku sudah menjadi laki-laki, berkatmu juga.
Ah....Tak perlu kuratapi
caramu melepas bebanmu yang nista itu.
Pergilah...
Telah kau pilih jalanmu menjadi pecundang,
harga yang  tak pernah terlintas kan melekat padamu,
dalam mimpi terburukku sekali pun.
Dulu kau begitu kujunjung,
yang tanpa suara, telah mendidikku dengan teladanmu.
Tak pernah kau tuturkan petuah,
tapi kutemukan maknanya dalam setiap lakumu.
Kuhormati kau selayak malaikat,
Menganggap kau selalu ada,
meski ari terhalang jauh bentang ruang.
Pergilah, menjauh....
genggam erat keyakinanmu.
sosokmu kini memang lebih cocok berdiri
di sisinya yang jalang.
Ah, sudahlah...
kau memang bukan yang dulu lagi.
Kamu tak hanya pergi tanpa pesan,
tapi juga membawa serta kekagumanku
dan segala puja-puji tentangmu.
...dan di saat waktu telah hadirkan sesal,
kembalilah, ambil kembali semua hakmu.