"Tolong pertimbangkan masak-masak, Mak."
"Apanya yang mesti dipertimbangkan? Semuanya baik-baik saja kok. Kamu itu, mau dibantu seperti tidak semangat."
"Maaf, bukan begitu Mak, aku cuma khawatir terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Maksudku, tempat tinggal kita berdekatan, jika ada masalah sedikit saja khawatir jadi sengkarut."
"Kamu itu Sur, buruk pikir. Pokoknya bismillah, secepatnya kita urus pernikahanmu. Menunda-nunda jodoh tidak baik."
"Terserah Mak-lah."
Mak Badriah ke dapur, sesaat kemudian kembali. Disodorkandannya secangkir minasarua dan beberapa iris dodol wedu pemberian Umi Salimah. "Minumlah  Sur biar badanmu hangat dan tambah segar. Calon  pengantin tidak boleh loyo, harus semangat."
Baru saja Suradin meneguk minasarua, Umi Salimah datang dan beruluk salam. Dia meminta ijin kepada Mak Badriah untuk meminta tolong kepada Suradin. Dengan senang hati Mak Badriah mempersilakan.
"Sur kalau kamu tidak sedang sibuk, umi minta tolong bisa?"
"Minta tolong apa Mi?"
"Itu  motormu bisa dipakai?  Kalau tidak, pakai motor aji saja di rumah."
"Motor ini  juga bisa dipakai, Mi."