Penulis hanya bisa membayangkan seandainya kala itu ratusan bahkan ribuan lebah yang hadir menghujamkan sengatnya keseluruh tubuh. Dengan jumlah puluhan saja akibatnya sangat fatal, bahkan nyaris tidak mampu melakukan aktifitas.
Penulis memperoleh hikmah atas pengalaman tadi, bahwa memuliakan makhluk Tuhan tanpa terkecuali adalah kunci kedamaian dan ketenteraman hidup. Jangan pernah memiliki niat buruk terhadap makhluk kecil yang hidup berkoloni, bisa fatal akibatnya.
Kias (Analogi) Lebah
Menjelang Hari Ulang Tahun (Harlah) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ke-21 yang lalu beredar gambar logo PKB yang menyematkan ilustrasi lebah diatasnya. Saking cepatnya beredar di media sosial (medsos), sontak gambar itu menimbulkan pertanyaan, apa maksudnya?
Banyaknya pertanyaan itu kemudian direspon Gus Muhaimin (H. A. Muhaimin Iskandar) melalui pidatonya pada pelaksanan Harlah PKB ke-21 di Kantor DPP PKB tanggal 23 Juli 2019, beliau kemudian menjelaskan makna filosofi gambar yang menjadi bahan perbincangan netizen di medsos.
Rupanya bukan tanpa alasan, sebagai hewan yang diabadikan dalam Al-Qur'an tentu menjadi pertimbangan Gus Muhaimin beserta punggawanya untuk kemudian menjadikan lebah sebagai inspiransi sekaligus simbol perayaan Harlah ke-21 PKB ini.
Sebagai partai yang beranggotakan mayoritas kaum muslim, bahkan santri, bagi Gus Muhaimin dan PKB hewan lebah yang diabadikan dalam surat An-Nahl tentu bukan perkara asing. Al-Qur'an tidak sekedar dijadikan ritual ibadah membacanya, namun segala hikmat yang terkandung didalamnya termasuk terkait hewan lebah wajib dijadikan filosofi kehidupan.
Begitupun halnya dalam kehidupan berpartai ditengah citranya yang selalu dikesankan negatif. Penuh intrik lah, hanya beroreintasi jabatan lah, hanya mengabadikan kepentingan lah, haus kekuasan lah dan seabreg kalimat buruk terhadapnya. Melalui inspirasi lebah, penulis kira Gus Muhaimin ingin keluar dari citra buruk yang terus menempel dibenak masyarakat itu.
Betapa tidak, lebah yang digambarkan dalam Al-Qur'an nyaris tanpa cela. Segala ikhtiar dalam kehidupannya mengandung nilai manfaat dan maslahat yang tidak enteng bagi makhluk lainnya, manusia tanpa terkecuali.
Proses kehidupan lebah yang berkoloni mulai dari membuat sarang hingga madu yang kemudian dijadikan obat bagi penyembuhan berbagai penyakit tentu mengandung inspirasi yang tidak sederhana bagi kehidupan berpolitik di PKB. Meskipun ada saja yang masih tertawa sinis atas ispirasi gambar lebah itu.
Bila menukil surat An-Nahl ayat 68-69: "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan ditempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Tuhan, bagi orang-orang yang memikirkan. Sungguh sangat jelas limpahan faedah hewan lebah di dunia ini.