Mohon tunggu...
Usep Saeful Kamal
Usep Saeful Kamal Mohon Tunggu... Human Resources - Mengalir seperti air

Peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Cak Imin, Asian Games dan Anti Sampah

8 Mei 2018   13:14 Diperbarui: 8 Mei 2018   14:41 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari minggu tanggal 6 Mei 2018 yang lalu H. A. Muhaimin Iskandar (Cak Imin) beserta 400 anggota Bikers dengan komunitas yang berbeda melakukan kegiatan bertajuk Sunday Morning Riding (SUNMORI). Star dari kantor DPP PKB Jl. Raden Saleh No. 9 Cikini Jakarta Pusat dan finish di tugu panah kawasan Gelora Bung Karno.

Boleh jadi kegiatan itu sebagai bagian dari menjalankan imbauan Presiden Jokowi  dalam rangka mensosialisasikan hajatan olah raga di kawasan Benua Asia ini. Dalam rapat Presiden bersama para menteri tempo hari, Jokowi memerintahkan kepada seluruh menteri untuk menggencarkan publikasi perhelatan Asian Games ini.

Gayung bersambut, Cak Imin yang juga wakil ketua MPR bersama para menteri dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) melaksanakan imbauan itu dengan melibatkan komunitas sepeda motor. Nampaknya baru Cak Imin bersama menteri PKB yang "taat" imbauan Presiden Jokowi itu.

Atau jangan-jangan, Cak Imin ingin memberi jawaban atas kelakar pak Jokowi tempo hari yang mengatakan bahwa baligo-baligo Asean Games kalah pamor dengan bertebarannya baligo-baligo Cak Imin baik di Jakarta maupun di pelosok nusantara. Entahlah!

Apapun itu, penulis kira Cak Imin sedang berperan memberi bantuan kongkrit terkait publikasi dan iklan Asean Games sebagaimana harapan Jokowi. Hajatan olah raga asia ini harus dimanfaatkan betul oleh bangsa Indonesia untuk promosikan citra dirinya dimata dunia.

Cak Imin faham betul bila momentum Asian Games ini tidak dimanfaatkan sebagai ajang promosi Indonesia kepada dunia sungguh-sungguh sayang, karena Asian Games ini menghabiskan biaya yang tidak sedikit.

Olah raga merupakan simbol pemersatu bangsa dan antar bangsa dengan berbagai latar belakang, baik etnis, suku, agama, budaya dan lain sebagainya. Dari olah raga kita bisa belajar meghargai kreasi orang lain dengan menjungjung tinggi keputusan apapun dalam berkontestasi.

Asian Games merupakan ruang terbuka bagi siapa saja yang berkompetisi dengan menjungjung tinggi sportifitas. Karena didalamnya sesungguhnya tidak sekedar mengolah raga, tetapi lebih dari itu mengolah rasa.

Bila Indonesia sudah ditunjuk menjadi tuan rumah perhelatan Asian Games, maka tanpa terkecuali semua elemen bangsa harus memberi andilnya untuk suksesi hajatan itu, tidak berhenti pada pejabat negara.

Sukesnya Asian Games yang tak lama lagi akan digelar merupakan kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia, sejarah kembali akan diukir setelah belasan tahun kita pernah menjadi tuan rumahnya.

Tidak elok rupanya bila akhir-akhir ini ada upaya-upaya politik tertentu dari elemen bangsa yang ingin memberi kesan negatif atas negeri ini. Padahal, momentum Asian Games sejatinya bisa diambil hikmah dalam ikhtiar membangun sebuah bangsa yang diluputi kejujuran.

Dari kegiatan SUNMORI rupanya Cak Imin ingin memberikan pesan bahwa berbuat sesuatu yang kongkrit dengan tidak menafikan buah karya orang lain akan berefek besar bagi suksesnya penyelenggaraan Asian Games esok.

Problem Sampah

Dalam kegiatan SUNMORI itu juga, Cak Imin bareng peserta lainnya melakukan kegiatan bersih-bersih sampah, terutama sampah plastik di kawasan Gelora Bung Karno. Hal ini sekaligus sebagai bagian dari kampanye anti sampah plastik.

Jakarta menghasilan kurang lebih 6.500 ton sampah yang diprosuksi oleh 14 juta penduduk pada siang hari dan 10 juta penduduk pada malam hari. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mencatat volume sampah mulai dari januari hingga november 2017 mencapai 2.278.715 ton.

Sampah itu mayoritas organik atau yang mengalami pelapukan berjumlah 53,75 persen, sampah plastik 14,02 persen, sampah campuran 11,94 persen, sampah kaca 2,45 persen, sampah logam 1,82 persesn dan sampah tekstil 1,11 persen.

Artinya, sekitar 911,3 ton sampah plastik dihasilkan oleh masyarakat Jakarta. Minusnya, sampah plastik ini sult terurai di tanah karena dinggap rantai karbonnya panjang sehingga mikroorganisme sulit mengurainya. Bahkan ia bisa terurai ratusan hingga ribuan tahun.

Tak heran bila sampah plastik dianggap sebagai salah satu penyebab banjir di Jakarta atau bahkan di wilayah lainnya. Faktor utamanya adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap sampah plastik itu sendiri.

Sementara itu, menurut Geotimess Indonesia memproduksi sampah plastik sebanyak 175.000 ton perhari, bahkan menjadi penyumbang sampah terbesar kedua. Pada tahun 2016, Indonesia dinobatkan sebagai negara penyumbang sampah plastik rangking kedua setelah Tiongkok.

Problemnya kemudian, seberapa besar produktifitas sampah kita baik organik maupun non organik itu dikelola dengan baik dan menjadi kesadaran kolektif masyarakat kita. Faktanya, sampah-sampah itu belum dipilah sejak dari rumah karena prinsip re-use, re-duse dan re-cycle tidak diterakan maksimal.

Suka atau tidak, sampah masih menjadi problem di kota-kota besar di Indonesia, terlebih Jakarta. Peningkatan volume sampah tanpa diimbangi dengan peningkatan mutu pengelolaan sampah hanya akan berpotensi timbulkan dampak negatif bagi kehidupan.

Dari aspek kesehatan misalnya, sampah yang tidak terkelola dengan baik akan menimbulkan penyebaran penyakit yang berefek pada menurunnya kualitas kesehatan masyarakat. Sementara dari aspek lingkungan, sampah merupakan sumber pencemaran, baik air, tanah atau udara.

Selanjutnya, dari aspek sosia sampah dapat menyebabkan menurunnya kerukunan antar warga, terlebih ketika ada warga yang membuang sampah sembarangan yang berakibat lingkungan menjadi kotor, bau dan tidak nyaman.

Sementara itu,dari aspek ekonomi, sampah terbukti dapat memberikan efek negatif terhadap sektor pariwisata. Lingkungan wisata yang bersih dan asri sejatinya menjadi iklan yang murah bagi pengembangan sektor ini karena ia akan bekerja dari mulut ke mulut.

Mengelola sampah dengan baik tanpa memunculkan masalah merupakan idaman bagi setiap kita. Lingkungan yang bersih dan bebas dari sampah akan berkontribusi positif terhadap kualitas hidup masyarakatnya, terlebih resiko timbulnya penyakit menjadi rendah.

Penulis kira, aksi nyata Cak Imin dan relawan lainnya terkait kampanye anti sampah plastik merupakan kesadaran yang lahir bersama-sama sehingga membutuhkan kepedulian yang lebih banyak dari siapa pun yang ingin ciptakan lingkungan tempat tinggalnya terbebas dari sampah, terlebih sampah plastik.

Qiyas Sampah

Dari kegiatan kampanye anti sampah plastik Cak Imin bersama menteri dari PKB dan relawan lainnya penulis menangkap sisi lain yang meluputinya. Kegiatan itu penulis kira mengandung qiyas atau analogi yang tersirat terkait realitas kehidupan kita hari ini.

Secara dhohiriah memang kampanye anti sampah plastik, tetapi secara batiniah mengandung makna kampanye anti kebencian, fitnah, adu domba, kekerasan dan kotoran hati lainnya yang sedang mewabah masyarakat Indonesia akhir-akhir ini.

Pada konteks itu, sebagai Panglima Santri Cak Imin secara tidak langsung sedang berdakwah kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga kesucian hati dan kebersihan pikiran. Betapa tidak, kini orang semakin mudah terprovokasi oleh berita hoax yang belum tentu terjamin kebenarnnya sehingga ia semakin gampang marah, tersinggung dan akhirnya saling serang satu sama lain.

Manusia diciptakan dengan fitrahnya sebagai makhluk politik, politikus (khalifah). Tidak berlebihan bila ia kemudian tak luput dari perbedaan pandangan dalam menjalani proses kehidupannya, maka tak jarang bila ia bersinggungan satu sama lain.

Penulis kira politik itu fitrah, karenanya manusia memiliki potensi menjadi politikus. Apabila kapasitasnya besar maka ia akan menggunakan potensi politiknya untuk melakukan hal-hal besar yang berorientasi untuk kemaslahatan. Sebaliknya, apabila kapasitasnya kecil, ia hanya bisa menggunakannya untuk hal-hal yang kecil dan cenderung berorientasi jangka pendek (pragmatis).

Mafhum muwafaqoh (makna seiring)-nya dari analogi tadi bahwa orang yang bersih hatinya dan jernih pikirannya, niscaya ia akan menggunakan potensi politiknya untuk hal-hal yang mulia, positif bahkan lebih konstruktif.

Sebaliknya, orang dengan hati dan pikiran yang kotor lagi keruh, niscaya potensi politiknya akan digunakan untuk hal-hal yang buruk, negatif dan cenderung destruktif. Pendapat bahwa politik akan merusak dan membahayakan jika dipegang oleh orang-orang yang berorientasi kecil dan sesaat tidak bisa disalahkan.

Sebagai peminat masalah politik, penulis menangkap sisi batiniah kampanye anti sampah Cak Imin, beliau sebenarnya sedang mengajak orang-orang baik (soleh) untuk hentikan anggapan bahwa politik itu kotor untuk menghindari supaya politik tidak dikuasai orang dzalim yang mengandalkan praktek-praktek menebar kebencian, fitnah, adu domba, kekerasan dan lainnya.

Kekuasaan politik dalam Islam sesungguhnya ditujukan untuk menegakkan agama dan mewujudkan kesejahteraan (kemashlahatan) bagi seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Nabi dan Rosul kita adalah ahli ibadah sekaligus sebagai penguasa, kekuasaanya hanya diorientasikan untuk kemaslahatan dakwah, bukan untuk merobohkan kesucian syariat.

Ada dua pesan suci yang tersirat dari qiyas "sampah" yang didakwahkan Cak Imin. Suatu kekuasaan dikatakan bernilai syari'at apabila ia mengadung dua fungsi sekaligus, yakni menegakkan agama dan mewujudkan kemaslahatan umat manusia.

Sekali lagi, bahwa praktek politik yang didasari sikap merasa diri paling benar, penebar kebencian, fitnah, adu domba dan "sampah" hati lainnya. Pada saat yang sama ia sedang inkar pada fitrah manusia sebagai khalifatullah fil ardl.

*) Penulis adalah peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun