Negeriku tengah mengadakan pesta
Pesta yang besar sebagai ajang 5 tahunan
Dimana rakyat akan dielu-elukan
Rakyat dicari untuk mengisi suara
Padahal kemarin rakyat ditinggalkan
Dibiarkan tertidur dan terlelap dalam mimpi
Mimpi buruk yang setiap hari membangunkan
Namun, menidurkan kembali pada harapan pasi
Begitu dan terus begini sepanjang sejarah peradaban...
Miris sekali rupanya negeriku ini
Lama tidak dijajah
Rupanya tidak jua terjamah
Selalu ada di bawah kekangan tirani
Para konglomerat yang berdiri gagah di barisan terdepan
Seolah mampu memberi makan si miskin
Akan tetapi, ketika ditagih uang makan
Mereka pergi tanpa izin
Lain halnya dengan si kaya yang dapat berjabat tangan dengan penguasa
Makan malam dijamu dengan kehangatan
Si miskin hanya terdiam dengan senyuman kegetiran
Mengharapkan sesendok nasi dapat mengisi lambung kosongnya
Hahaha...
Terlalu miris untuk dikatakan "merdeka"
Karena sama saja rakyat dipenjara
Tidak boleh menduga dan berkata-kata
Akan kebiadaban para penguasa neraka
Negeriku amat kucintai tapi tidak dicintai oleh mereka
Tidak berbelas kasih untuk melindungi dan menjaga
Bahkan dengan sengaja memecah belah dunia
Dengan satu kata utuhkanlah "kuasa"
Hohoho...
Pagi-pagi rakyat harus bekerja di dalam tekanan
Siang-siang diharuskan penuh keringatan
Dan malam-malam selalu diperingatkan
Untuk tidak berani "melawan"
Apakah ini perwujudan demokrasi?
Apakah ini hasil dari reformasi?
Yang berdarah dari para tangan muda-mudi
Atau rupanya memang sudah diskenariokan sejak dini
Demokratisasi yang sakral, dijadikan bahan lelucon tirani
Yang masih duduk di kursi kebesarannya
Dan tertidur dengan kenyangnya
Setelah berhasil membangun sebuah dinasti
Patut untuk ditiru, seolah sedang berdialek dengan akademisi
Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan posisi
Melupakan harga diri dan martabat seorang petinggi
Oh, begitu kiasannya untuk pemimpin negeri ini
Sungguh miris, Kawan
Di tengah jeritan rakyat yang setiap hari semakin menjadi
Rakyat dicekik terus-menerus dengan rantai besi
Agar tidak lepas dari kendali dan cengkeraman
Hukum yang harusnya dapat menjadi tameng kebenaran
Kini diobrak-abrik demi kekuasaan
Perang dengan sesama saudara untuk menghasilkan kemenangan
Sungguh negeriku amat patut dikasihani, Kawan
Lama tidak bersua
Rupanya sebagian rakyat di negeri ini telah mati
Tinggal jasad dan tulang belulang yang tersusun rapi
Untuk segera dikebumikan di dalam tanah sengketa
Kawan, demokrasi ini sudah hilang
Tidak lagi berkabar untuk rakyatnya
Dan rakyat hanyalah ilalang
Yang akan dibabat habis oleh tangannya
Lampung, 17 Februari 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H