Daun yang jatuh tidak dapat kembali kepada dahan
Ketika dirinya bercerita pada hujan yang bernyanyi pagi ini
Akan kenistaan diri yang merambah dalam sunyi
Hujan akan menjadi pendengar yang baik bagi seorang kawan
Disampaikannya kembali dalam melodi penghibur
Dengan alunan gramofon yang bernada sendu
Kepada hati yang kini telah terkubur
Bersama cinta yang juga telah mengabu
Karena luka yang terlalu lama berdiam dalam hati
Mungkin, itu dapat sembuh, tapi hanya seujar badan
Sebab, rasa sakit itu terkadang muncul bersembunyi
Membias dalam senyum yang terlalu pahit untuk kutelan
Akhirnya membiru menjadi sebuah penyesalan
Ingin aku menopang raga ini, meski tak lagi menyatui jiwa
Walau terasa sakit, sampai gigiku menggertak di dalam kegelapan
Mengapa Tuhan masih menyisakan luka di sana?
Di saat kepercayaan sudah tidak menjadi pondasi
Terganti dengan tahta yang mengisi
Pilar keemasan berselimut kebohongan, datang menghamba
Disertai alasan munafik dari mulut-mulut manusia
Mengatasnamakan cinta yang mereka sendiri tak tahu artinya
Sengaja menulis syair dalam gurindam lagu lama
Berkabar melalui merpati yang hinggap di ujung jemari
Mengantarkan cinta yang diagungkannya selama ini
Namun, anehnya manusia itu malah menangis
Menangis karena kemanisan mulutnya sendiri
Mengais sisa-sisa pengkhianatan yang terlalu bengis
Manusia tidak memberi ruang untuk sekadar menepi
Melainkan, dengan mudahnya melupakan rasa cintanya
Dan melemparkan hati dalam jurang perpisahan yang teramat dalam
Sampai akhirnya, hati manusia itu mati karena cinta
Garut, 07 Januari 2021