Mohon tunggu...
Putrisari Oktaviani Gustiarti
Putrisari Oktaviani Gustiarti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Pariwisata

Sebagai mahasiswa prodi pariwisata yang memiliki minat dibagian wisata alam dan kegiatan alam lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pendakian yang Bercanda Tapi Serius [Edisi : Gunung Mongkrang]

13 Desember 2023   16:35 Diperbarui: 13 Desember 2023   16:42 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi

Perjalanan saya kali ini dimulai dengan sebuah keinginan impulsif saya dan sahabat saya yang sedang mengalami serangan mahasiswa semester 5 katanya. 

Tugas dan kegiatan yang memusingkan datang bertubi-tubi bak ombak di lautan pantai yang bisa menenggelamkan kapan saja (sudah seperti anak sastra belum?) 

Dengan begitu sahabat saya dengan sedikit memaksa namun saya pun sebenarnya tidak merasa terpaksa memutuskan bahwa tanggal 25 November 2023 kami harus melakukan rutinitas wajib kamu yaitu mendaki. 

Saya bisa menyebut ini rutinitas karena setiap tahun memang saya dan sahabat saya satu ini selalu melakukan pendakian atau tidak badan kami rasanya melemah jika tak menghirup udara asli gunung.

Dan tahun ini kami memutuskan Gunung Mongkrang sebagai gunung yang akan kami taklukan. Gunung Mongkrang bisa dibilang bukan gunung yang tinggi hanya dengan ketinggian 2194 mdpl lebih rendah dari Gunung Prau yang biasa kami daki dan kata sebuah artikel di mbah google sih bisa didaki selama 30 menit saja. 

Tentu dengan berbekal info itu kami berdua percaya diri untuk mendaki gunung ini tanpa latihan fisik yang biasa kami lakukan apabila ingin melakukan pendakian ke gunung. 

Seusai kelas di hari Jumat, 24 November kira-kira pukul setengah 5 sore aku dan sahabatku berangkat dari Jogja menuju ke Tawangmangu menggunakan onet (mobil kesayangan sahabatku) berbekalkan navigasi dari google maps yang entah kenapa pada perjalanan kali ini menempuh rute yang cukup unik dan sedikit menegangkan. 

Sebagai supir yang sedikit jantungan dan paranoid melakukan perjalanan menuju magrib rasanya cukup was-was terlebih saat kami berada di area Sukoharjo pinggiran, kami memasuki daerah perhutanan bernama Alas Karet Tepisari.

Hanya bermodalkan lampu mobil dan volume musik yang sedikit dikencangkan kami menerabas padatnya pepohonan yang sebenarnya bisa dibilang aesthetic namun tetap memberi kesan horor karena tidak ada sedikitpun sinar matahari saat itu. Keluar dari alas pun perjalanan kami tetap hanya ditemani jalanan yang sepi dan penerangan yang minim. 

Saya baru merasakan kelegaan setelah kami sampai di area Tawangmangu sekitar pukul 7 malam. Melaju menuju ke basecamp Mongkrang dari kejauhan kami melihat cahaya lampu spotlight dan keramaian yang bersumber dari Tawangmangu night market festival. 

Sebagai mahasiswa yang suka jajan dan butuh hiburan kami memutuskan untuk mampir sejenak, hitung-hitung persiapan untuk melewati jalanan yang ada didepan nanti.

Sejujurnya permainan disini hanya sedikit seperti kora-kora, skyswinger, ombak banyu, dan beberapa mainan anak kecil lainnya, akan tetapi tatanan yang rapi dan dikelilingi oleh jajanan-jajanan yang jujur kami sedikit kaget karena harganya sangat murah apabila dibandingkan di kota kami. 

Selain itu kami juga terhibur dengan mas-mas ombak banyu yang melakukan atraksi loncatan-loncatan memutar ombak banyu dan freestyle di atasnya yang jujur sangat mengesankan.

Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi
Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi

Tak mau terlalu lama membuang waktu akhirnya kamu memutuskan meneruskan perjalanan kami ke basecamp Mongkrang. Jalanan memasuki basecamp Mongkrang ini saya cap sebagai tes praktik SIM saya karena sangat kecil hanya cukup untuk satu mobil, menikung, menanjak, dan ujian berat lainnya yang cukup membuat saya menahan napas. 

Sesampainya disana kami tiba di hamparan lapangan luas dan kosong jangan lupa juga gelap yang membuat kami memilih untuk bermalam di basecamp Gunung Lawu via Cemoro Kandang karena sekali lagi saya tegaskan kami anaknya paranoid haha. 

Berpindah ke basecamp Lawu pada pukul sekitar jam 9 malam kami beristirahat dan tidur di Mobil, berencana untuk bangun jam 4 pagi dan kembali ke basecamp Mongkrang. 

Tidur malam ini saya akui kurang nyenyak entah kenapa saya dipenuhi dengan rasa takut efek sebelum tidur malah bermain tiktok dan lewat video horor mungkin. 

Kehororan semakin terasa saat kami bangun sepenuhnya dan mau keluar dari basecamp Lawu tiba-tiba kami dikagetkan dengan sosok nenek-nenek tiba-tiba ada di sisi kiri mobil yang sampai sekarang kami masih pertanyakan apakah dia manusia atau nananina. 

Apabila nenek itu manusia mohon maaf ya nek, kami langsung tancap gas ngacir karena jujur nenek seperti jumpscare di film horor dan sedikit seram.

Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi
Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi
Kembali ke basecamp Mongkrang kami awalnya bingung karena tidak menemukan loket simaksi. Ternyata loketnya berada di area hutan. Dengan merogoh kocek Rp 10.000 pendakian kami akhirnya dimulai. 

Diawal pendakian saya masih bisa menyanyi-menyanyi dan mengobrol dengan sahabat saya. Canda tawa keluar dari mulut kami seperti tanpa rasa lelah mendaki melewati jalan setapak yang menanjak terkadang curam namun ada beberapa yang landai. Kami juga beberapa kali bertemu pendaki yang turun dan tampak sedikit ngos-ngosan.

 Sebagai pendaki sapaan seperti "Semangat kak", "Hati-hati ya kak", "Dikit lagi kak 5 menitan" berkali-kali keluar dari mulut para pendaki. Kami menanggapi pula dengan ramah seperti kebiasaan kami. 

Sampai di Pos 1 Nggolepo kami memilih lanjut berjalan menuju pos berikutnya. Saya yang awalnya bersemangat tiba-tiba menjadi diam karena serangan asam lambung, baru ingat kami mendaki tanpa sarapan terlebih dahulu. 

Saya akui perilaku dan sifat saya di pendakian ini tidak baik untuk ditiru, karena saya memutuskan untuk terus berjalan tanpa cerita ke teman saya yang sedikit heran atas kediaman yang tiba-tiba menyerang. Beberapa kali saya berhenti dengan embel-embel istirahat dan menyuruh teman saya berjalan saja duluan.

Sampai di Pos 2 Candi saya memilih istirahat lagi dan sahabat saya menyadari perubahan wajah saya menjadi pucat. Untung saja kami membawa sedikit jajanan, untuk mengurangi rasa sakit saya memakan jajanan tersebut hitung-hitung biar perut tidak terlalu kosong. Dirasa sudah baikan kami meneruskan mendaki.

Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi
Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi
Setelah sedikit drama sakit, saya akan menjelaskan betapa indahnya view selama kami mendaki. Dengan vegetasi yang terbuka setiap derap langkah kami ditemani dengan megahnya pemandangan Gunung Lawu dengan background langit biru yang sedang cantik-cantiknya. 

Tak lama kami memasuki Puncak Candi 1 dan merasa lega karena kami pikir kami memang sudah di puncak. Namun kami heran kenapa view yang kami lihat tidak seperti di postingan orang-orang. Ternyata 30 menit yang dibilang orang-orang itu hoaks Puncak Candi 1 ini bukan puncak sesungguhnya. 

Saya yang sudah berpuas hati terasa dikhianati realita ini. Namun karena sudah setengah jalan tentu saja kami kembali meneruskan untuk menggapai puncak sesungguhnya. Vegetasi yang mulai padat menunjukkan pendakian yang sesungguhnya baru akan dimulai. 

Beberapa waktu berlalu vegetasi sudah kembali terbuka dan pemandangan yang pertama kali menyambut kami yaitu curamnya sabana yang luas dan indah terkena sapuan angin seperti ombak di lautan sana. 

Menanjak dengan berhati-hati saya dan sahabat sesaat memiliki pemikiran yang sama "ini kita bisa naik ntar turunnya merosot aja kali ya?" Karena jujur securam itu teman-teman saya tidak berekspektasi dengan medan ini. 

Dengan nafas ngos-ngosan dan rasa semangat dari beberapa pendaki yang berpapasan kami sampai di Puncak Gunung Mongkrang yang sesungguhnya.

Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi
Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi
Memijak di puncak semua kelelahan dan sambatan yang saya rasakan tadi langsung terbayarkan dengan pemandangan yang tersaji di depan mata. 

Gunung Lawu dengan langit biru dan sabana hijau kekuningan menjadi perpaduan yang sangat indah dan memanjakan mata yang lelah dengan hiruk-pikuk kota jangan lupa udara segar tanpa polusi. Wah rasanya kalau bisa tidak pulang saya mungkin akan tidur berhari-hari disini. 

Total perjalanan naik sampai ke puncak kami tempuh 1 jam. Setelah asik menikmati dan mencari bahan konten kami rasa sudah cukup puas kami memutuskan untuk turun kembali ke basecamp. 

Saat perjalanan turun kami beberapa warung di gunung sudah buka dan kami tentu saja mampir untuk sedikit menghangatkan perut dengan jajan pentol khas Gunung Mongkrang dan minuman susu hangat. 

Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi
Sumber gambar : Dokumentasi Pribadi
Sampai di basecamp kami lalu menuju parkiran dan langsung tancap gas ke Telaga Sarangan untuk makan sate kelinci dan beristirahat sebentar sebelum akhirnya kamu kembali pulang ke kota Jogja. 

Sekian cerita perjalanan saya kali ini yang penuh curhatan, kekagetan, ketakjuban, dan perasaan naik-turun lainnya seperti rollercoaster. 

Semoga cerita ini bisa menjadi gambaran teman-teman pembaca apabila mau ke Gunung Mongkrang sehingga tidak merasa diprank seperti saya. Terimakasih sudah mau membaca, stay healthy and stay healing everytime!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun