Maka, sekarang menambah satu katagori lagi, yaitu Bekerja untuk (sebagai bentuk) bersyukur. Untuk memahami 'bekerja untuk bersyukur', kita pahami dulu makna syukur dan bersyukur.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), syukur artinya 'Rasa terima kasih kepada Allah', sedangkan arti bersyukur adalah 'Berterima kasih; mengucapkan syukur'.
Saya kemudian mencari arti syukur dari sumber lain.
Hakikat syukur menurut Imam Ibnul Qayyim dalam Thariq Al-Hijratain (hlm. 508) adalah, "Memuji atas nikmat dan mencintai nikmat tersebut, serta memanfaatkan nikmat untuk ketaatan."
Dalam kitab yang lain ('Uddah Ash-Shabirin, hal. 148) Imam Ibnul Qayyim berkata, "Oleh karenanya orang yang bersyukur disebut hafizh (orang yang menjaga nikmat). Karena ia benar-benar nikmat itu terus ada dan menjaganya tidak sampai hilang."
Dalam website MUI saya menemukan satu kalimat berikut,
'Pada hakikatnya bersyukur kepada Allah SWT, selalu didasarkan atas pengakuan diri bahwa segala kenikmatan yang ada baik pada diri kita ataupun semua makhluk ciptaan-Nya hanyalah berasal dari Allah SWT. Oleh karena itu, semua kenikmatan itu harus digunakan hanya untuk Allah SWT. Yakni dengan menggunakan berbagai kenikmatan sesuai keinginan dan maksud tujuan Allah SWT untuk memberikan nikmat tersebut.'
Dari tiga pengertian syukur di atas saya meng-highlight beberapa kalimat. Saya coba menghubungkan dengan kalimat 'Bekerja untuk bersyukur' yang ada di ayat ke-13 surat Saba.
Jadi Kompasianer semua.
Kita ini masing-masing telah diberi skill (keahlian) oleh Allah SWT. Dan itu adalah nikmat dari-Nya. Dan nikmat itu wajib (harus) disyukuri. (baca surat Ibrahim ayat ke-7)
Bentuk syukur kita atas diberikan skill ini adalah dengan memanfaatkannya, memeliharanya, dan menggunakannya di jalan yang Dia ridai.