Sebagaimana perkiraan saya, yang saya tulis di artikel berjudul Rocky Gerung vs Moeldoko, bahwa Rocky Gerung tak akan dikenai pasal penghinaan.
Rocky Gerung akhirnya dikenai pasal 14 dan 15 UU no 1 tahun 1946, soal menyebarkan berita bohong yang menimbulkan keonaran. Rocky Gerung dapat dipenjara maksimal 10 tahun, jika dalam pernyataannya bisa dibuktikan ada unsur "berita bohong", dan akibat pernyatannya itu - dapat pula dibuktikan - terjadi keonaran dan kegaduhan.
Tapi biarlah, biarkan penegak hukum bekerja. Kita mencoba mengambil pelajaran saja dari peristiwa tersebut, yaitu jangan sembarangan berbicara. Berbicara itu ada etikanya.
Lebih Baik Diam
Yang paling esensi dalam etika berbicara adalah, 'Kalau tidak ada hal penting yang ingin dibicarakan, lebih baik diam'.
Ada satu hadis yang mendasari hal esensi di atas. Hadis ini bahkan telah diajarkan sejak di Taman Kanak-Kanak.
"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berbicara yang baik atau diam." (HR. Bukhari).
Dan, ketika harus berbicara - ada hal penting yang harus disampaikan - ada etika atau adab dalam berbicara atau menyampaikan sebuah perkataan.
Etika Berbicara
Allah SWT menggunakan 8 diksi dalam al-Quran untuk menjelaskan etika berbicara. Berikut penjelasannya,
#1 Qaulan Ma'rufa (Perkataan yang baik)
Kata Qaulan Ma'rufa disebutkan dalam Al-Quran sebanyak lima kali, yaitu di surat: al-Baqara: 235, an-Nisaa: 5, an-Nisaa: 8, dan al-Ahzab: 32.
Menurut M. Quraish Shihab, Ma'ruf secara bahasa artinya baik dan diterima oleh nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Qaulan Ma'rufa berarti sebuah perkataan harus disesuaikan dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Selain itu, Qaulan Ma'rufa juga berarti perkataan yang pantas dengan latar belakang dan status seseorang, menggunakan sindiran (tidak kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan, serta pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).
#2 Qaulan Sadidan (Perkataan yang tegas dan benar)
Kata Qaulan Sadidan disebutkan dalam Al-Quran sebanyak dua kali, yaitu di surat: an-Nisaa:9, dan al-Ahzab: 70.
Qaulan Sadidan adalah konsep perkataan yang benar, tegas, jujur, lurus, to the point, tidak berbelit-belit dan tidak bertele-tele. Qaulan Sadidan menggarisbawahi nilai-nilai kejujuran dan integritas dalam berbicara, serta mengingatkan umat Muslim untuk senantiasa menjaga kejujuran dan ketulusan dalam komunikasi mereka.
#3 Qaulan layyinan (perkataan yang lemah lembut)
Diksi Qaulan Layyinan disebutkan satu kali di surat Thoha ayat 4. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud Qaulan Layyinan ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.
Secara harfiah, ungkapan Qaulan Layyinan ini dapat diterjemahkan sebagai 'kata-kata yang lemah lembut' atau 'ucapan yang lembut.' Ungkapan ini mencerminkan cara berbicara yang lemah lembut, santun, penuh kasih sayang, dan tidak menyinggung perasaan orang lain.
#4 Qaulan Maisuran (perkataan yang pantas)
Disebutkan satu kali dalam surat al-Israa ayat 28. Secara etimologis, kata Maysuran berasal dari kata 'yasara' yang artinya mudah atau gampang (ref, Kamus al-Munawir). Ketika kata Maysuran digabungkan dengan kata Qaulan menjadi Qaulan Maysuran artinya menjadi berkata dengan mudah atau gampang. Maksudnya adalah kata-kata yang digunakan mudah dicerna, dimengerti, dan dipahami oleh pendengar.
#5 Qaulan Baligha (perkataan yang membekas pada jiwa)
Ungkapan ini disebutkan satu kali dalam al-Quran, yaitu di surat an-Nisaa ayat 63. Ungkapan Qaulan Baligha lebih ditekankan pada gaya bicara dan pilihan kata dalam berkomunikasi, disesuaikan dengan audien yang menjadi objek komunikasi.
Maksudnya, saat berkomunikasi dengan orang awam tentu harus dibedakan dengan kalangan cendekiawan. Begitupun saat berbicara di depan anak TK, tentu harus berbeda dengan saat berbicara di depan mahasiswa. Dalam konteks akademis, kita dituntut menggunakan bahasa akademis. Saat berkomunikasi di media massa, gunakanlah bahasa jurnalistik sebagai bahasa komunikasi massa (language of mass communication).
#6 Qaulan Karima (perkataan yang mulia)
Disebutkan sekali dalam surat al-Israa ayat 23, Qaulan Karima menekankan berkomunikasi dengan kedua orangtua atau dengan orang yang harus kita hormati. Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, yang dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama.
#7 Qaulan Tsaqilan (perkataan yang penuh makna)
Ungkapan Qaulan Tsaqilan digunakan Allah SWT dalam surat al-Muzzamil ayat 5. "Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu."
Maksud perkataan yang berat adalah kalimat yang memuat sebuah konsep pemikiran yang mendalam dan memiliki bobot baik secara intelektual maupun spiritual. Qaulan Tsaqilan lahir dari sebuah proses pendekatan diri kepada Allah, yaitu dengan memperbanyak salat malam, membaca Al-Quran, berdzikir dan bersabar menghadapi cobaan hidup.
#8 Ahsanu Qaulan (perkataan yang terbaik)
"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?" (QS. Fussilat 41: Ayat 33)
Ayat ini menekankan konsistensi antara perkataan dengan perbuatan. Inti dari ayat di atas adalah 'dia sendiri mengerjakan apa yang dikatakannya'.
Allah SWT Maha Mengetahui karakter manusia, yang mempunyai kecenderungan melenceng dari rel yang telah ditetapkan, termasuk dalam berbicara. Sehingga Dia memberi panduan saat berbicara. Tinggal sikap kita, mau menggunakan panduan itu atau tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H