Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tadarusan Akhlak

29 Maret 2023   09:18 Diperbarui: 29 Maret 2023   09:23 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Salah satu aktivitas yang marak dilakukan di bulan Ramadan, dan jarang di bulan lainnya, adalah Tadarusan.

Tadarusan artinya melakukan tadarus. Tadarus sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah 'pembacaan Al-Quran secara bersama-sama'.

Hampir di setiap mesjid, di bulan Ramadan, setiap selesai salat taraweh, terlihat beberapa orang duduk melingkar untuk bertadarus, atau membaca Al-Quran bersama. Membaca bersama bukan dalam arti membaca berbarengan.

Baca juga: Proyek 100 Sujud

Setiap orang yang ikut tadarusan membaca Al-Quran secara bergantian. Saat satu orang membaca Al-Quran yang lain menyimak bacaanya. Setelah selesai membaca, maka bacaanya akan dilanjutkan oleh orang yang ada di sebelahnya. Terus begitu, sampai kembali ke giliran orang yang pertama membaca.

Ada yang menarik saat Tadarusan itu. Setidaknya itu yang saya rasakan saat ikut tadarusan.

Apa yang menarik?

Menariknya, saat Tadarusan itu, kita biasanya saling membetulkan bacaan Al-Quran. Jadi, saat salah seorang dapat giliran membaca Al-Quran, yang lain memperhatikan atau menyimak. Lalu, saat ada kesalahan membaca, secara otomatis spontanitas, yang lain akan membetulkan. Apakah itu kesalahan menyebut huruf, kesalhan panjang dibaca pendek, harusnya mendengung tapi tidak, atau kesalahan-kesalahan yang lainnya. Dan yang dibetulkan akan mengikuti (membetulkan) dengan senang hati, tanpa protes atau tersinggung.

Saya membayangkan, kalau saja apa yang terjadi dalam Tadarusan itu (saling membetulkan) terjadi juga di pergaulan sehari-hari, maka akan terasa indah hidup ini.

Maksudnya?

Ya, seandainya kita suatu hari melihat kesalahan yang dilakukan oleh teman kita, kita secara spontanitas memberitahukan kesalahannya, dan teman yang berbuat kesalahan itu menerima dengan senang hati.

Atau sebaliknya, saat kita melakukan kesalahan, lalu teman kita -- yang melihat kesalahan kita -- langsung menegur kita, maka kita menerima tegurannya itu dengan senang hati. Sebagaimana yang terjadi saat Tadarusan.

Jadi, dalam kehidupan sehari-hari, dalam pergaulan bersama teman-teman atau rekan kerja, atau dengan siapa pun, sangat indah rasanya kalau kita bisa saling membetulkan (memberi nasihat) ketika ada yang salah, dan yang dibetulkan (yang diberi nasihat) menerima dengan lapang dada, tidak merasa tersinggung.

Nah, sebagaimana judul yang saya pakai untuk artikel ini, aktivitas saling membetulkan (menasihati) itu diberi nama Tadarusan Akhlak. Maksudnya saling membetulkan perilaku.

Karena aktivitas saling menasihati, menegur yang salah dan menyeru pada kebaikan sebenarnya sudah merupakan perintah Allah Swt yang harus kita kerjakan. Banyak ayat dalam Al-Quran tentang kewajiban ini. Salah satunya di ayat ke-104 surat Ali Imran.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran: 104)

Sudah seharusnya, selain memang perintah Allah Swt, antar personal harus saling nasihat-menasihati. Ada banyak manfaat apabila aktivitas saling menasihati ini dibiasakan dan bahkan dijadikan budaya kita dalam pergaulan.

Manfaat pertama adalah membantu meningkatkan kualitas hubungan interpersonal. Ketika seseorang memberikan nasihat atau masukan yang konstruktif kepada orang lain, hal itu dapat membantu memperkuat hubungan antara keduanya. Karena dengan saling memberikan nasihat, kedua belah pihak merasa saling peduli dan memperhatikan satu sama lain.

Kedua, sebagai saling membantu mengatasi masalah. Setiap orang pasti memiliki masalah, dan dengan sudut pandang dari orang lain masalah kita mungkin tidak seberat yang kita lihat. Sehingga dapat ditemukan solusi yang lebih baik.

Ketiga, dengan nasihat dari orang lain kita dapat terhindar dari melakukan kesalahan yang mungkin berdampak negatif pada hidup kita. Ketika kita menerima nasihat yang baik, kita dapat mempertimbangkan hal-hal yang belum kita pikirkan sebelumnya.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun