Salah satu aktivitas yang marak dilakukan di bulan Ramadan, dan jarang di bulan lainnya, adalah Tadarusan.
Tadarusan artinya melakukan tadarus. Tadarus sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah 'pembacaan Al-Quran secara bersama-sama'.
Hampir di setiap mesjid, di bulan Ramadan, setiap selesai salat taraweh, terlihat beberapa orang duduk melingkar untuk bertadarus, atau membaca Al-Quran bersama. Membaca bersama bukan dalam arti membaca berbarengan.
Setiap orang yang ikut tadarusan membaca Al-Quran secara bergantian. Saat satu orang membaca Al-Quran yang lain menyimak bacaanya. Setelah selesai membaca, maka bacaanya akan dilanjutkan oleh orang yang ada di sebelahnya. Terus begitu, sampai kembali ke giliran orang yang pertama membaca.
Ada yang menarik saat Tadarusan itu. Setidaknya itu yang saya rasakan saat ikut tadarusan.
Apa yang menarik?
Menariknya, saat Tadarusan itu, kita biasanya saling membetulkan bacaan Al-Quran. Jadi, saat salah seorang dapat giliran membaca Al-Quran, yang lain memperhatikan atau menyimak. Lalu, saat ada kesalahan membaca, secara otomatis spontanitas, yang lain akan membetulkan. Apakah itu kesalahan menyebut huruf, kesalhan panjang dibaca pendek, harusnya mendengung tapi tidak, atau kesalahan-kesalahan yang lainnya. Dan yang dibetulkan akan mengikuti (membetulkan) dengan senang hati, tanpa protes atau tersinggung.
Saya membayangkan, kalau saja apa yang terjadi dalam Tadarusan itu (saling membetulkan) terjadi juga di pergaulan sehari-hari, maka akan terasa indah hidup ini.
Maksudnya?
Ya, seandainya kita suatu hari melihat kesalahan yang dilakukan oleh teman kita, kita secara spontanitas memberitahukan kesalahannya, dan teman yang berbuat kesalahan itu menerima dengan senang hati.
Atau sebaliknya, saat kita melakukan kesalahan, lalu teman kita -- yang melihat kesalahan kita -- langsung menegur kita, maka kita menerima tegurannya itu dengan senang hati. Sebagaimana yang terjadi saat Tadarusan.