Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penantian Selama Enam Tahun

15 Februari 2023   11:25 Diperbarui: 15 Februari 2023   11:43 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehingga saya saat itu yang kerepotan. Harus mencari jamu, harus antar ke sana ke mari untuk dipijat. Apalagi jika ada yang menyarankan harus dipijat di sesetempat yang jaraknya jauh. Dan itu kadangkala tidak hanya satu tempat.

Upaya spiritual pun kami lakukan. Sejak keguguran pertama, dalam setiap salat sunah -- setelah membaca surat Al-Fatihah -- saya selalu membaca doa Nabi Ibrahim, "Rabbana hab lana min azwajina wa dzurriyatina qurrata a'yun, waja'alna lil muttaqina imama."

Di tahun keempat pernikahan, istri saya hami Kembali. untuk yang keempat kalinya. Kita pun merasa optimis kali ini tidak akan keguguran, karena sudah melakukan berbagai terapi, medis maupun alternatif.

Namun, Tuhan berkehendak lain. Istri saya kembali mengalami keguguran. Sama dengan sebelum-sebelumnya, di usia kehamilan sebelum 4 bulan. Tindakan dikuret harus Kembali dialami istri saya. Menurut dokter, si Toksoplasma masih bersemayam di rahim istri.

Pasca dikuret, terapi terus dilanjutkan, usaha ke alternatif pun tetap dilakukan. Setahun kemudian, awal tahun kelima pernikahan, istri saya hamil lagi. berarti ini kehamilan yang kelima. Seperti sebelumnya, istri saya harus dikuret.

Karena kasihan kepada istri -- karena terus-terusan dikuret -- saya memutuskan menerima takdir untuk tidak memiliki buah hati. Istri pun setuju, dan kami sepakat untuk mengangkat anak atau mengadopsi saja.

Menjelang akhir tahun kelima pernikahan, istri saya ternyata hamil. Atas saran dokter, kehamilan kali ini betul-betul dijaga. Kunjungan ke dokter pun dipersering. Alhamdulillah ... kehamilan istri melewati usia empat bulan. saya dan istri menjadi optimis, masa kritis keguguran sudah terlewati.

Akhir Januari 1999, istri pun melahirkan seorang putri di rumah bersalin jalan Jembar, daerah Cicadas Bandung, dengan lancer dan selamat.

Berbagai perasaan berbaur di saat-saat menunggu istri melahirkan. Tegang, sedih, khawatir, bahkan ada momen lucunya.

Yang membuat tegang, tentu saja, selain karena ini kelahiran pertama juga karena pengalaman keguguran beberapa kali sebelumnya.

Sedih. Karena sebelum proses melahirkan, bidan di RSB itu bertanya pada saya, apakah mau didampingi dokter anak selain dokter kandungan? Saya tidak bertanya kenapa harus ada dokter anak, padahal sudah ada dokter kandungan. Karena sedang tidak punya uang banyak (dalam perhitungan saya saat itu tidak akan cukup kalau harus membayar dokter anak juga) kemudian menjawab tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun