"Ya ... gak tahu, dijawab aja belum!" jawabku ketus.
Aku segera menekan tombol jawab. Tak lupa saya aktifkan speaker-nya biar istriku ikut mendengar.
"Assalamu'alaikum, Bu. Ada apa, ya. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanyaku.
"Wa'alaikum salam, Pak RT. Iya, nih, mau minta tolong. Saya ... saya terkunci di dalam rumah," jawabnya terbata-bata, sepertinya dia ragu-ragu mau minta tolong.
Mendengar kalimat 'minta tolong' dan 'terkunci di dalam rumah', tentu saja aku makin kaget. Istriku tak kalah kaget. Malah doi sampai melotot.
"Terkunci bagaimana maksudnya, Bu?" tanyaku memastikan.
"Aduh ... bagaimana ngejelasinnya, ya. Pokoknya sekarang saya gak bisa keluar rumah, Pak RT. Saya terkunci di dalam rumah," jelasnya. "Tolong, ya, Pak RT."
Aku berpaling pada istriku, sambil mengangkat kedua bahu. Istriku membalas dengan mengangkat kedua bahunya juga.
'Waduh ... apakah ini modus?' pikirku. Kok, bisa-bisanya aku tiba-tiba teringat pada cerita di buku-buku stensilan yang pernah dibaca waktu zaman kuliahan dulu. Sering kubaca, bagaimana seorang janda ber-modus, pura-pura minta tolong seseorang untuk datang ke rumahnya, lalu ... begitulah.
"Baik ... baik, Bu. Saya ke sana sekarang."
Berkata demikian aku berpaling ke arah istriku, dan bertanya, "Ikut?"