"Daripada lama ga ketemu anak, ya sudah, saya saja yang pergi menengoknya. Sebenarnya anak saya sudah melarang saya datang menengoknya. Sekarang pun, saya tidak bilang ke dia, mau dating ke kosannya. Biarlah, hitung-hitung ngasih kejutan buat dia." Sambung Si Ibu meneruskan ceritanya.
Mendengar ceritanya itu saya pun tersenyum. 'Akan sangat mudah, nih, kerjaku.' Saya berbicara di dalam hati tentunya.
"Ibu kelihatannya banyak membawa barang. Oleh-oleh untuk anaknya tercinta, ya?" pancing saya.
"Begitulah, Nak! Maklum, anak-anak sekarang belum bisa mandiri, maunya dikirimi terus. Sekalian ini juga bawa uang buat bayar uang kuliah. Katanya seminggu lagi masuk semester baru, semua harus dilunasi."
Mendengar kata uang semakin lebar senyum saya. 'Rezeki nomplok, nih.' Tentu saja saya, lagi-lagi, berbicara di dalam hati.
Saya kemudian membuka tutup botol air mineral dan meneguknya. Sengaja saya perlihatkan pada si Ibu gestur menikmati air minum itu. Dan, si Ibu seperti jadi kehausan melihatnya. Segera saya keluarkan sebuah botor air mineral lain dari tas saya, dan menyodorkannya kepada si Ibu.
Tentu saja si Ibu dengan senang hati menerimanya.
"Wah ... wah ... terima kasih sekali, Nak. Banyak bercerita mulut ibu jadi terasa kering. Tak menyangka di kota besar seperti ini masih ada orang yang baik hati." Berkata demikian si Ibu sambil membuka segel plastic yang menempel di tutup botol. Lalu membuka tutup botol dan menempelkan ke bibirnya. Beberapa tegukan sekali nempel. Terlihat sangat haus. Tentu saja saya merasa sangat senang.
"Pelan-pelan, Bu, minumnya. Nanti keselek, lho!" nasihatku.
"Hehe ... iya, Nak. Saking hausnya. Airnya juga kerasa nikmat, segar. Pas diminum saat panas-panas seperti ini," jawabnya.
Lima menit.