"Baiklah, aku setuju. Tapi kita tetap berteman, kan. Perpisahan ini hanya perbedaan prinsip saja, kan?"
"Iya, lah. Setelah modal dan asset kita bagi dua, aku akan melanjutkan bisnis ini. Nanti, kalau kamu berminat lagi gabung denganku, kamu tinggal datang. Pintuku selalu terbuka."
Andi tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Tidak, Tom. Aku akan merintis bisnis baru, yang sesuai dengan prinsipku."
***
Setelah berpisah dan menjalankan bisnis masing-masing, Andi dan Tomi masih berhubungan walaupun hanya melalui telepon atau chating. Beberapa kali mereka sempat bertemu juga di acara-acara Business Fest, atau seminar.
Setahun setelah mereka berpisah Tomi mengundang Andi untuk datang ke pestanya.
[Kamu pindah, bro?], tanya Andi setelah menerima informasi alamat dari Tomi.
[Enggak, lah. Itu rumah baruku. Pesta ini aku rayakan karena aku berhasil mendapatkan rumah yang sudah lama kuidam-idamkan], balas Tomi.
Di hari yang ditentukan Andi datang dan langsung disambut Tomi. Mereka berpelukan. Yang datang ternyata hanya beberapa orang saja, mungkin orang-orang yang dianggap spesial yang diundang Tomi.
Andi hanya sekitar setengah jam berada di rumah Tomi. Selain punya acara lain, juga karena tidak kerasan dengan suasana pesta tersebut. Andi kemudian berpamitan. Tomi pun mengantarnya sampai tempat parkir.
"Rumah barumu ini besar juga, Bro." Berkata demikian Andi sambil melihat dari atas ke bawah bangunan mewah dua lantai itu.