Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Book

Luar Biasa, Rasulullah Berperang Setiap 5 Bulan

11 Oktober 2022   15:20 Diperbarui: 11 Oktober 2022   15:27 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul: Ketika Rasulullah harus Berperang

Judul Kitab Asli: Ghazawat Ar-Rasul Durus Wa 'Ibar Wa Fawa'id

Penulis: Prof. DR. Ali Muhammad Ash-Shallabi

Penerjemah: Masturi Irham & M.Asmui Taman

Penerbit: Pustaka Al-Kautsar

ISBN: 978-979-592-764-8

Tebal: 622 halaman
.

.

Di bulan mulia Rabi'ul Awwal, bulan kelahiran Rasulullah Saw, saya menyengajakan membaca beberapa buku Sirah Nabawiyah (Perjalanan Hidup Rasulullah). Tentu saja untuk memupuk rasa cinta saya kepada Beliau dan untuk terus 'mengenali' Beliau, baik dari sisi fisiknya, perilakunya (akhlak)nya, kepribadiannya, dan pemikirannya, kemudian menjadikannya suri tauladan (contoh yang baik). Karena meneladani dirinya adalah perintah Allah Swt, sebagaimana firmanNya di surat Al-Ahzab ayat ke-21.

"Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu ...."

Salah satu buku yang saya baca berjudul 'Ketika Rasulullah harus Berperang'. Berbeda dengan buku-buku Sirah Nabawiyah yang lain yang saya baca, buku ini khusus membahas peperangan yang dipimpin langsung oleh Rasulullah Saw.

Perang memang tidak bisa dihindarkan saat Rasulullah Saw mendakwahkan Islam. Sehingga penulis buku ini pun harus menyertakan kata 'harus' dalam judulnya. Karena memang, mau tidak mau, dalam kondisi tertentu Beliau dan kaum Muslimin harus berperang.

Dalam buku 'Perang Muhammad, Kisah Perjuangan dan Pertempuran Rasulullah' karya Nizar Abazhah, dijelaskan ada tiga alasan mengapa Rasulullah Saw sampai harus berperang. Pertama, untuk mempertahankan diri saat diserang musuh. Ini terjadi di Perang Badar, Uhud, dan Ahzab (Khandaq). Kedua, untuk memberi pelajaran kepada musuh yang mengkhianati perjanjian atau bersekongkol dengan musuh, seperti yang terjadi di Perang Bani Quraidhah, Bani Nadhir, Khaibar, Mu'tah, dan lainnya.  Ketiga, untuk menggagalkan rencana musuh yang mengancam kaum Muslimin.

Para ahli sejarah mencatat sejak Rasulullah Hijrah dari Mekkah ke Madinah sampai Beliau meninggal (kurun waktu 10 tahun), telah terjadi peperangan sebanyak 64 kali, dan 26 di antaranya dipimpin langsung oleh Rasulullah. Artinya, kalau dirata-rata, setiap tahun Rasulullah berperang 2,6 kali. Kalau diperinci lagi, sama dengan Rasulullah berperang setiap 4,5 bulan.

Dan itu dimulai saat Rasulullah Saw berusia 53 tahun. Usia di mana kalau sekarang usia 53 tahun itu dianggap saatnya pensiun. Justru, Rasulullah di usia tersebut baru memulai 'karir'nya.

Rasulullah menerima wahyu atau ditunjuk sebagai Nabi dan Rasul di usia 40 tahun. Selama 13 tahun beliau berdakwah di tengah masyarakat Jahiliyah. Tidak ada aktivitas lain selain mengajak masyarakat Mekkah untuk mengikuti ajaran Islam.

Di usia 53, Rasulullah Saw dan kaum Muslimin hijrah ke Madinah. Dan sejak itulah Rasulullah Saw punya peran lain selain sebagai seorang Nabi dan Rasul, yaitu sebagai kepala negara, sebagai hakim, khususnya sebagai komandan perang.

Walaupun ada 26 peperangan yang dipimpin langsung oleh Rasulullah, tetapi dalam buku ini Syaikh Muhammad Ash-Shalabi hanya membahas 12 peperangan, yaitu:

  • Perang Badar Al-Kubra
  • Perang Uhud
  • Perang Bani An-Nadhir
  • Perang Dzat ar-Riqa'
  • Perang Daumatul Jandal
  • Perang Bani Al-Musthaliq
  • Perang Al-Ahzab atau Perang Khandaq (parit)
  • Perang Khaibar
  • Perang Mu'tah
  • Perang Fathu Makkah
  • Perang Hunain & Thaif
  • Perang Tabuk

Banyak pelajaran atau hikmah yang dapat dipetik dari 12 perang tersebut yang dijelaskan di buku ini. Sekaligus menjawab tuduhan para orientalis yang menuding bahwa Islam berkembang dengan ayunan pedang dan Rasulullah dianggap seorang maniak perang.

Setiap peperangan, di buku ini, dijelaskan kapan peperangan terjadi, apa saja faktor penyebabnya, bagaimana strategi Rasulullah untuk memenangkan peperangan, dan bagaimana jalannya peperangan berlangsung. Penjelasan tiap peperang juga ditambah dengan kutipan ayat-ayat Al-Quran yang terkait.

Walaupun Rasulullah Saw sebagai pemimpin tertinggi, sebagai komandan perang, tetapi beliau tidak pernah melakukan sesuatu, terkait strategi perang, berdasarkan pendapatnya sendiri. Beliau selalu mendahulukan musyawarah saat akan menghadapi pasukan musuh.

Misalnya saat perang Uhud. Ketika Rasulullah mendapat informasi bahwa pasukan Quraisy dari Mekkah sudah berangkat untuk menyerang Madinah, beliau bermusyawarah dengan para sahabatnya, apakah akan menunggu pasukan Quraisy di Madinah (melancarkan perang kota), atau menyambut pasukan Quraisy di luar kota Madinah. Begitu pula saat menghadapi pasukan sekutu (Ahzab) dalam perang Ahzab.

Beliau sangat terbuka menerima saran dari para sahabatnya. Seperti yang terjadi saat perang Badar. Rasulullah memilih satu lokasi untuk ditempati pasukan Muslim, yang menurutnya sangat strategis. Namun, tiba-tiba seorang sahabat bertanya, "Ya, Rasulullah. Apakah engkau akan menempatkan pasukan di sini berdasarkan wahyu atau berdasarkan pendapat engkau saja?" (h.55)

Rasulullah menjawab bahwa itu bukan dari wahyu melainkan berdasarkan pendapatnya. Mendengar jawaban Rasulullah tersebut, si sahabat tadi lalu menyarankan lokasi yang lain. Dan Rasulullah pun mengikuti saran sahabat tadi. Sebagai komandan perang, Beliau tidak memaksakan pendapatnya untuk diikuti.

Peristiwa seperti itu terjadi pula saat perang Ahzab. Saat itu gabungan pasukan dari kaum Quraisy, kaum Yahudi, dan kaum Ghathfan menyerbu kota Madinah dengan pasukan yang sangat banyak. Rasulullah menyadari kota Madinah sangat rawan untuk mudah diserang musuh, oleh karenanya beliau mengajak sahabat-sahabatnya bermusyawarah.

Saat itulah seorang 'pendatang' asal Persia, Salman Al-Farisi mengajukan sebuah usul yang fenomenal. Yaitu membuat parit di sisi-sisi terlemah kota Madinah. Parit yang lebar yang mustahil bisa dilewati oleh pasukan berkuda sekali pun. Sehingga perang Ahzab pun disebut juga sebagai perang Khandaq (perang parit). (h.338)

Buku ini sangat bermanfaat karena akan memberi pencerahan dan membantu kita melihat secara tepat perang pada masa Nabi serta memahami secara benar ajaran Al-Quran tentang perang. Dari berbagai peperangan yang dilakukan Rasulullah Saw ini kita dapat mengenal tata krama yang luhur dan etika yang terpuji yang tetap diagungkan walaupun ketika berperang.

Tentu saja untuk Anda yang ingin mengenal pribadi Rasulullah secara lengkap buku ini sangat saya rekomendasikan untuk dimiliki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun