Salah satu buku yang saya baca berjudul 'Ketika Rasulullah harus Berperang'. Berbeda dengan buku-buku Sirah Nabawiyah yang lain yang saya baca, buku ini khusus membahas peperangan yang dipimpin langsung oleh Rasulullah Saw.
Perang memang tidak bisa dihindarkan saat Rasulullah Saw mendakwahkan Islam. Sehingga penulis buku ini pun harus menyertakan kata 'harus' dalam judulnya. Karena memang, mau tidak mau, dalam kondisi tertentu Beliau dan kaum Muslimin harus berperang.
Dalam buku 'Perang Muhammad, Kisah Perjuangan dan Pertempuran Rasulullah' karya Nizar Abazhah, dijelaskan ada tiga alasan mengapa Rasulullah Saw sampai harus berperang. Pertama, untuk mempertahankan diri saat diserang musuh. Ini terjadi di Perang Badar, Uhud, dan Ahzab (Khandaq). Kedua, untuk memberi pelajaran kepada musuh yang mengkhianati perjanjian atau bersekongkol dengan musuh, seperti yang terjadi di Perang Bani Quraidhah, Bani Nadhir, Khaibar, Mu'tah, dan lainnya. Â Ketiga, untuk menggagalkan rencana musuh yang mengancam kaum Muslimin.
Para ahli sejarah mencatat sejak Rasulullah Hijrah dari Mekkah ke Madinah sampai Beliau meninggal (kurun waktu 10 tahun), telah terjadi peperangan sebanyak 64 kali, dan 26 di antaranya dipimpin langsung oleh Rasulullah. Artinya, kalau dirata-rata, setiap tahun Rasulullah berperang 2,6 kali. Kalau diperinci lagi, sama dengan Rasulullah berperang setiap 4,5 bulan.
Dan itu dimulai saat Rasulullah Saw berusia 53 tahun. Usia di mana kalau sekarang usia 53 tahun itu dianggap saatnya pensiun. Justru, Rasulullah di usia tersebut baru memulai 'karir'nya.
Rasulullah menerima wahyu atau ditunjuk sebagai Nabi dan Rasul di usia 40 tahun. Selama 13 tahun beliau berdakwah di tengah masyarakat Jahiliyah. Tidak ada aktivitas lain selain mengajak masyarakat Mekkah untuk mengikuti ajaran Islam.
Di usia 53, Rasulullah Saw dan kaum Muslimin hijrah ke Madinah. Dan sejak itulah Rasulullah Saw punya peran lain selain sebagai seorang Nabi dan Rasul, yaitu sebagai kepala negara, sebagai hakim, khususnya sebagai komandan perang.
Walaupun ada 26 peperangan yang dipimpin langsung oleh Rasulullah, tetapi dalam buku ini Syaikh Muhammad Ash-Shalabi hanya membahas 12 peperangan, yaitu:
- Perang Badar Al-Kubra
- Perang Uhud
- Perang Bani An-Nadhir
- Perang Dzat ar-Riqa'
- Perang Daumatul Jandal
- Perang Bani Al-Musthaliq
- Perang Al-Ahzab atau Perang Khandaq (parit)
- Perang Khaibar
- Perang Mu'tah
- Perang Fathu Makkah
- Perang Hunain & Thaif
- Perang Tabuk
Banyak pelajaran atau hikmah yang dapat dipetik dari 12 perang tersebut yang dijelaskan di buku ini. Sekaligus menjawab tuduhan para orientalis yang menuding bahwa Islam berkembang dengan ayunan pedang dan Rasulullah dianggap seorang maniak perang.
Setiap peperangan, di buku ini, dijelaskan kapan peperangan terjadi, apa saja faktor penyebabnya, bagaimana strategi Rasulullah untuk memenangkan peperangan, dan bagaimana jalannya peperangan berlangsung. Penjelasan tiap peperang juga ditambah dengan kutipan ayat-ayat Al-Quran yang terkait.
Walaupun Rasulullah Saw sebagai pemimpin tertinggi, sebagai komandan perang, tetapi beliau tidak pernah melakukan sesuatu, terkait strategi perang, berdasarkan pendapatnya sendiri. Beliau selalu mendahulukan musyawarah saat akan menghadapi pasukan musuh.