Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Sapiens, Membuka Tabir Misteri Nabi Adam

26 September 2022   09:31 Diperbarui: 26 September 2022   09:43 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cover buku Sapien & Nabi Adam/sumber: dokpri

Judul Buku: Sapiens, Sejarah Ringkas Umat Manusia dari Zaman Batu hingga Perkiraan Kepunahannya.

Penulis: Yuval Noah Harari

Penerjemah: Yanto Musthofa

Penerbit: Pustaka Alvabet

Tahun Terbit: 2017

Tebal: 530

ISBN: 978-602-6577-17-7

.

.

Setelah menamatkan buku ini saya jadi bertanya-tanya, Yuval Noah Harari, si penulis buku ini siapa, sih? Dia itu pakar apa, ya? Kok, dia bisa segala tahu?

Sebenarnya di keterangan tentang 'Penulis' di buku ini sudah dijelaskan bahwa si Yuval ini pakar sejarah, dan sekarang menjadi dosen di Jurusan Sejarah di Universitas Ibrani Yerusalem. Namun, di buku ini dia begitu fasih menerangkan tentang fisika, biologi plus bio-teknologi, kimia, bahkan di akhir-akhir buku menjelaskan juga tentang perkembangan sains dan teknologi, seperti Artificial Intelligence, Cyborg, dan lain-lain.

Pengetahuannya yang luas dan mendalam itu membuat buku setebal setengah rim ini jadi enak dibaca, tidak membosankan. Memang, penguasaan materi yang ditulis ditambah data yang lengkap akan memperkuat kualitas sebuah tulisan. Apalagi ditambah teknis penulisan yang mengalir bagai cerita fiksi. Buku sejarah yang padat data ini (dilengkapi 27 foto, 6 peta, dan 25 ilustrasi) jadi ringan dibaca. Bahkan saya menikmatinya bagai membaca sebuah novel.

Tak heran, kalau tokoh sekelas Bill Gates pun memuji buku ini. "Saya rekomendasikan buku ini kepada siapa pun yang tertarik dengan sejarah umat manusia. Anda akan sangat sulit meletakkan buku ini", demikian tulis Bill Gates.

Buku ini memang tentang sejarah umat manusia. Mulai dari Homo Erectus, Homo Neanderthal, hingga Homo Sapiens. Dari Zaman Batu sampai Zaman Silikon. Dari makhluk serupa kera sampai menjadi penguasa dunia. Ditulis mulai dari penciptaan alam raya ini dengan kejadian Ledakan Besar (Big Bang), yang terjadi 13,5 miliar tahun lalu.

Dengan rinci Yuval Noah Harari mengulas persoalan manusia yang terjadi dari zaman purba hingga zaman modern yang dilalui dengan 3 revolusi sebagai penanda adanya perkembangan kehidupan manusia dari massa ke massa.

Dimulai dengan terjadinya Revolusi Kongnitif yang dimulai sejak 70.00 tahun lalu dan menandakan kemajuan cara berkomunikasi manusia, kemudian dilanjutkan oleh Revolusi Pertanian (Agrikultur) yang dimulai sejak 12.000 tahun lalu, yang menandakan bahwa kemampuan bertahan hidup manusia dan sumber daya manusia meningkat, dan terakhir Revolusi Sains yang dimulai sejak 500 tahun lalu, yang ditunjukkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan manusia yang pesat.

Buku ini terdiri dari empat bagian. Pada bagian pertama, buku ini menjelaskan bagaimana sejarah manusia purba dimulai dari jenis-jenis dan asalnya yang kemudian mengalami revolusi kognitif dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi untuk membentuk kelompok.

Pada bagian kedua menjelaskan tentang perubahan cara bertahan hidup manusia dengan adanya revolusi pertanian, dimana manusia tidak lagi memburu dan mengumpul, tapi mulai mengembangkan tanaman dan hewan sebagai cadangan makanan mereka.

Bagian tiga, menjelaskan bagaimana mulai terbentuknya kebudayaan dan agama yang kemudian digunakan sebagai pemersatu umat manusia. Tidak hanya kebudayan dan agama, pada bagian ini juga menjelaskan bagaimana munculnya uang yang digunakan manusia sebagai akibat adanya perubahan kebudayaan.

Dan terakhir, bagian keempat, menjelaskan tentang berkembang pesatnya pengetahuan manusia dan rasa keingintahuannya sehingga memunculkan revolusi sains. Dari revolusi ini terjadi lonjakan hebat perkembangan teknologi senjata, transportasi, sampai penciptaan manusia-manusia setengah robot (Cyborg).

Membaca buku ini akan memberikan suatu pemahaman yang benar-benar fresh dan baru. Buku ini pun berhasil menjawab berbagai pertanyaan besar umat manusia yang dapat dijelaskan dengan cara yang menarik dan terkonsep.

Salah satu pertanyaan tersebut adalah, 'Mengapa manusia (Sapiens) menjadi satu-satunya spesies yang mampu bertahan hidup dan bahkan menguasai bumi?'

Menjawab pertanyaan tersebut, Harari mengangkat 4 poin penting yang mencakup keseluhuran isi dari buku ini. Yaitu kebebasan organ lokomosi gerak, fleksibilitas bahasa, kemampuan bekerja sama secara fleksibel dalam jumlah besar, dan kemampuan untuk membuat dan mempercayai fiksi. Sehingga pada hari ini hanya tinggal kita, Homo Sapiens, yang tersisa. Padahal, 100.000 tahun lalu setidaknya terdapat enam spesies manusia yang menghuni bumi ini.

Tentu saja saat menjelaskan sejarah perkembangan manusia di buku ini, Harari melengkapinya dengan sejarah perkembangan negara-negara di dunia. Karena memang itu harus. Setelah manusia (Sapiens) mampu berkelompok (berkoloni) tentu membutuhkan tempat untuk berdomisili.

Menariknya, Harari menuliskan perkembangan negara-negara tersebut, terutama di era Revolusi Agrikultur dengan gaya narasi seperti menulis cerita fiksi. Dan memang di beberapa halaman, Harari menceritakan kisah fiksi untuk lebih menjelaskan paparannya. Misalnya saat menjelaskan terbentuknya negara Belanda.

Mulai dari halaman 378, Harari mengisahkan bagaimana 'negara' Belanda terbentuk oleh para pedagang Belanda, bukan oleh para bangsawannya, bertepatan dengan runtuhnya imperium Spanyol yang mengandalkan peperangan.

Harari menceritakannya dengan cara menarik dan unik. Untuk menggambarkan kisah di atas, dia menuliskannya dengan sebuah kisah fiksi tentang seorang ayah dengan 2 anaknya, yang masing-masing diberi modal 10.000 koin emas untuk berinvestasi.

Si sulung menginvestasikan koin emasnya kepada pedagang Belanda, sementara si adik berinvestasi di Spanyol, melalui Raja Spanyol yang membutuhkan modal besar untuk pasukan perangnya.

Singkatnya, nasib kakak-beradik ini bertolak belakang. Si Kakak yang berinvestasi pada pedagang Belanda mendapat deviden yang besar. Sementara si Adik, alih-alih mendapat deviden, dia justru berakhir nasibnya di penjara bawah tanah Spanyol.

Cerita mengalir sangat menarik. Dan cerita-cerita semacam ini menghiasi hampir seluruh halaman dari buku ini. Tak heran kalau kemudian buku ini menjadi best seller dan meraih penghargaan. Bahkan diterjemahkan ke dalam 30 bahasa.

"Harari mampu menulis ..., benar-benar menulis, dengan kecerdasan, kejelasan, keluwesan, dan dengan metafora yang indah," demikian The Times memuji gaya menulis Harari di buku ini.

Oya, cerita tentang para pedagang Belanda itu belum selesai. Di halaman 382, Harari bercerita bagaimana kemudian para pedagang Belanda itu, yang kemudian membuat perusahaan saham yang diberi nama VOC (Vereenigne Oostindische Compagnie) masuk ke Indonesia.

Tentu saja Harari tidak akan melewatkan sejarah bagaimana Belanda menjajah Indonesia dalam rangkaian sejarah manusia yang ditulisnya di buku ini. Bagaimanapun Indonesia adalah negara yang besar.

Harari menulis tentang Indonesia sebagai berikut, 'Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Beribu-ribu pulaunya diperintah pada awal abad ke-17 oleh ratusan kerajaan, kepangeranan, kesultanan, dan suku-suku'.

Sementara kisah masuknya Belanda, melaui VOC, ke Indonesia, Harari menuliskanya begini, 'Ketika para pedagang VOC pertama tiba di Indonesia pada 1603, tujuan mereka semata-mata komersial. Namun, untuk mengamankan kepentingan komersial mereka dan memaksimalkan keuntungan para pemegang saham, para pedagang VOC mulai memerangi penguasa-penguasa lokal'.

Selanjutnya, 'Pulau demi pulau jatuh ke tentara bayaran VOC. VOC menguasai indonesia selama hampir 200 tahun. Baru pada 1800 negara Belanda menjalankan kontrol atas Indonesia, menjadikannya satu koloni nasional Belanda selama 150 tahun'.

Saya sengaja mencuplik kisah masuknya Belanda ke Indonesia secara cukup panjang, supaya Anda bisa menilai kualitas tulisan Harari di buku ini, dan akan menganggap wajar kalau buku ini didapuk menjadi Best Seller. Dan kisah-kisah seperti itu banyak bertebaran di buku ini, terutama di bab-bab pembahasan era Revolusi Sains, dengan kisah-kisah bak cerita fiksi sains (Science Fiction).

Satu hikmah yang saya dapat dengan membaca buku ini, bahwa manusia, dengan kecerdasan dan kreativitasnya, akan selalu menemukan solusi dari setiap permasalahan hidupnya. Termasuk ketakutan bahwa energi yang berasal dari fosil (minyak bumi, dsb) suatu saat akan habis dan itu artinya 'kiamat'.

Padahal, dalam sejarah kehidupannya, sebagaimana dapat Anda baca di buku ini, manusia pernah beberapa kali melewati 'kiamat' seperti itu, dan terbukti sampai sekarang masih tetap eksis di dunia.

Demikian ulasan saya tentang buku Sapiens karya Yuval Noah Harari. Namun, saya ingin menulis hal lain berkenaan dengan buku Sapiens ini.

Ada kebanggaan tersendiri yang saya rasakan ketika saya menemukan buku Sapiens ini. Karena saya merasa mendapat dukungan atas buku yang saya tulis 3 tahun yang lalu. Dan, ini alasan kenapa di foto di atas saya menyandingkan buku saya itu dengan buku Sapiens.

Tahun 1999 saya menulis buku 'Adam Bukan Manusia Pertama di Bumi'. Banyak yang berkomentar bahwa saya terlalu berani menulis tema yang sensitif. Saya pun membenarkannya, bahkan saya menilai keberanian tersebut terlalu berlebihan sehingga bisa dikatakan sembrono.

Nabi Adam sebagai manusia pertama di bumi adalah hal yang diyakini oleh sebagian besar kaum Muslimin. Jadi, kalau ada yang mengatakan bahwa Nabi Adam bukan manusia pertama di bumi, seolah-olah dia telah melanggar 'rukun iman'.

Tentu saja saya, yang berpendapat Nabi Adam bukan manusia pertama di bumi, tidak sependapat. Nabi Adam manusia pertama atau bukan itu tidak termasuk rukun iman. Lain halnya kalau berpendapat bahwa Nabi Adam itu bukan nabi.

Dan, saya menulis atau berpendapat Nabi Adam bukan manusia pertama di bumi bukan tanpa alasan, tidak tanpa landasan. Saya menjadikan surat Al-Maidah ayat 27, kisah tentang anak-anak Nabi Adam yang diperintahkan berkurban sebagai landasan berpikir saya, sebagai landasan berpikir saya, sebagai referensi saya untuk berpendapat bahwa Nabi Adam bukan manusia pertama di bumi.

Dan sekarang, setelah membaca Sapiens keyakinan dan kepercayaan diri saya semakin bertambah.

Di teks sampul belakang buku Sapiens tertulis, 'Seratus ribu tahun silam, setidaknya ada enam spesies manusia yang menghuni Bumi. Dan hari ini, hanya tinggal satu spesies -- Homo Sapiens. ITULAH KITA!'

Jadi, Nabi Adam bukan manusia pertama di Bumi melainkan manusia pertama dari Homo Sapiens. Karena sebelumnya ada Homo Neanderthalensis, Homo Australopithecus, Homo Floresiensis, dan yang lainnya, yang telah punah.

Kalau saja saya membaca Sapiens sebelum menulis Adam Bukan Manusia Pertama di Bumi, tentu akan saya masukkan ke daftar kepustakaan. Atau mungkin di edisi revisi nanti akan saya tambahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun