Apakah kita semua
Benar-benar tulus
Menyembah padaNya
Atau mungkin kita hanya
Baca juga: Amalan Hati Pengantar ke SurgaTakut pada neraka
Dan inginkan surga
Â
Jika surga dan neraka tak pernah ada
Masihkan kau bersujud kepadaNya
Baca juga: Mungkinkah Seorang Muslim Menjadi Teroris?Jika surga dan neraka tak pernah ada
Baca juga: Rahasia SedekahMasihkah kau menyebut namaNya
Â
Bisakah kita semua
Benar-benar sujud sepenuh hati
Karna sungguh memang Dia
Memang pantas disembah
Memang pantas dipuja
Â
Jika surga dan neraka tak pernah ada
Masihkan kau bersujud kepadaNya
Jika surga dan neraka tak pernah ada
Masihkah kau menyebut namaNya
Â
Apakah kita semua
Benar-benar tulus
Menyembah padaNya
Ataukah mungkin kita hanya
Takut pada neraka
Dan hanya inginkan surga
Â
Bisakah kita semua
Benar-benar sujud sepenuh hati
Karena sungguh memang dia
Memang pantas disembah
Memang pantas di puja
Karena sungguh memang dia
Memang pantas di sembah memang pantas di puja
Â
Jika surga dan neraka tak pernah ada
Masihkan kau bersujud kepadaNya
Jika surga dan neraka tak pernah ada
Masihkah kau menyebut namaNya
Di atas adalah lirik dari lagu 'Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada' karya musisi terkenal Ahmad Dhani. Lagu yang diciptakan oleh vokalis grup Dewa ini rilis tahun 2004 dalam album "Senyawa" milik mendiang Chrisye.
Kalimat-kalimat dalam lirik lagu di atas terinsipirasi dari doa seorang sufi wanita bernama Robiah Al-Adawiyah, yang berbunyi "Ya Allah, jika aku menyembahMu karena takut neraka, bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku menyembahMu karena mengharap surga, campakkanlah aku darinya. Tetapi, jika aku menyembahMu karena Engkau semata, janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajahMu Yang abadi padaku".
Lagu di atas seolah menyindir dan memberi tamparan keras kepada kita semua bahwa ibadah yang kita lakukan selama ini hanya dilandasi rasa takut kepada neraka dan hanya karena menginginkan surga.
Kalimat yang menohok kita dalam lirik lagu di atas adalah, 'Jika surga dan neraka tak pernah ada,
masihkan kau bersujud kepadaNya'.
Mungkin akan muncul pertanyaan dalam diri kita, "Betulkah beribadah itu tidak boleh kalau hanya mengharapkan surga, atau karena takut masuk neraka?"
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu dijelaskan bahwa keimanan setiap Muslim itu tidak sama. Bahkan level keimanan dalam diri seorang Muslim pun fluktuatif, kadang tinggi dan terkadang menurun. Tingkat keimanan ini mempengaruhi motivasinya saat beribadah kepada Allah Swt.
Motivasi seorang Muslim dalam beribadah itu ada 3.
#1 Mengharapkan balasan di dunia
Allah Swt berfirman,
"Maka aku berkata (kepada mereka), "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu." (QS. Nuh: 10-12)
Di ayat di atas Allah Swt menjelaskan bahwa dengan memperbanyak membaca istighfar (memohon ampun), maka Dia akan menurunkan hujan, memberikan banyak harta, anak-anak, dan kebun-kebun.
Hujan, harta, anak-anak, dan kebun adalah hal-hal yang bersifat duniawi. Rasulullah Saw (di ayat di atas) memberitahukan bahwa untuk mendapatkannya maka harus memperbanyak memohon ampun (istighfar).
Ini jelas menunjukkan bahwa beribadah (membaca istighfar) untuk mendapatkan hal-hal duniawi adalah dibolehkan.
"Dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah Saw bersabda, "Berpuasalah niscaya kalian akan sehat." (HR. Ath-Thabrani dalam Mu'jam al Awsath)
Hadis di atas walaupun dikatakan lemah namun secara substansinya tidak bertentangan dengan berbagai riset kesehatan yang menyimpulkan bahwa ibadah puasa dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh atau imunitas.
Hadis di atas menunjukkan juga bahwa berpuasa (ibadah) dengan mengharapkan sehat (duniawi) adalah dibolehkan.
.
#2 Mengharapkan surga dan takut neraka
Allah Swt berfirman,
"Orang-orang beriman dan beramal saleh itu sungguh benar-benar akan mendapat surga Firdaus sebagai tempat tinggal. Mereka kekal di dalamnya, dan tak ingin beralih darinya." (QS. al-Kahfi: 107-108)
Di ayat di atas Allah Swt menjanjikan untuk orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan mendapatkan surga Firdaus. Surga adalah balasan dari Allah Swt untuk orang-orang yang beriman, jadi bukan satu kesalahan ketika seorang Muslim beribadah dengan mengharapkan surga.
Hadis berikut menguatkan pernyataan di atas.
"Surga itu memiliki seratus tingkatan yang Allah persiapkan bagi hamba-Nya yang berjuang di jalan-Nya. Setiap dua tingkatan itu jarak tempuhnya seperti antara langit dan bumi. Ketika kalian meminta, mintalah surga Firdaus, karena ia berada di tengah atau atas surga. Di atas Firdaus terdapat Asry Allah Maha Pengasih. Dari Firdaus juga air sungai-sungai surga mengalir." (HR. Bukhari).
Hadis di atas menjelaskan bahwa kita dibolehkan meminta surga, bahkan untuk surga yang tertinggi, surga Firdaus.
Allah Swt berfirman,
"Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). Mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sungguh, azab Tuhanmu itu sesuatu yang (harus) ditakuti." (QS. Al-Isra': 57)
Ayat di atas menjelaskan bahwa beribadah dengan motivasi tidak ingin menerima azab Allah adalah boleh. Bahkan di ayat di atas Allah mengancam dengan mengatakan 'Sungguh, azab Tuhanmu itu sesuatu yang (harus) ditakuti'.
#3 Sebagai bentuk syukur kepada Allah Swt
Ini adalah tingkatan yang paling tinggi, seorang Muslim beribadah kepada Allah Swt semata-mata motivasinya hanya sebagai bentuk syukur dia kepadaNya.
Allah Swt berfirman,
"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah." (QS. Al-Baqarah: 172).
Allah Swt memerintahkan kita untuk mensyukuri berbagai nikmat yang telah diberikanNya. Dan sudah selayaknya pelaksanaan ibadah pun dilandasi motivasi sebagai bentuk syukur kita kepadaNya.
"Rasulullah Saw biasanya jika beliau salat, beliau berdiri sangat lama hingga kakinya mengeras kulitnya. 'Aisyah bertanya, 'Wahai Rasulullah, mengapa engkau sampai demikian? Bukankan dosa-dosamu telah diampuni, baik yang telah lalu maupun yang akan datang? Rasulullah besabda: 'Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?'" (HR. Bukhari no. 1130, Muslim no. 2820).
Level ketiga ini ditunjukkan oleh manusia paling mulia di mata Allah dan di mata semua makhlukNya, Rasulullah Saw. Beliau beribadah (salat) lama sekali sampai kaki beliau mengeras kulitnya. Padahal Allah Swt sudah menjamin bahwa dosa-dosanya sudah diampuni, baik sudah maupun yang akan datang. Dan, itu semua beliau lakukan karena rasa syukur beliau. 'Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?'
Sekarang, bagaimana dengan kita?
Beribadah dengan mengharapkan hal-hal yang bersifat duniawi (keduniaan) dibolehkan. Begitupun beribadah dengan mengharapkan surga dan takut neraka. Namun, kalau ingin mendapat derjata yang tinggi di mata Allah Swt, maka beribdahlah dengan motivasi sebagai rasa syukur kita kepadaNya.
Wallahu'alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H