Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Manusia, Jin, dan Syetan

26 Juni 2022   06:00 Diperbarui: 26 Juni 2022   06:11 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi posisi manusia dan jin/dokpri

Selain hewan dan tumbuhan, Allah Swt menciptakan tiga makhluk hidup, yaitu Manusia, Malaikat, dan Jin.

Dari Al-Qur'an dan hadis kita mengetahui bahwa manusia diciptakan dari tanah (QS. 40:60), malaikat diciptakan dari cahaya (HR. Muslim), sedangkan jin diciptakan dari api (QS. 7:12).

Berapa jumlah manusia, jin, dan malaikat yang ada diciptakan Allah Swt?

Tidak ada keterangan yang menjelaskan jumlah pastinya.

Baca juga: Awal Mula Istilah

Namun, saya pernah mendengar dari guru ngaji saya dahulu, saat masih di kampung, bahwa kalau kita ingin tahu perbandingan jumlah ketiga makhluk tersebut, bayangkanlah sebuah segi empat, lalu bagilah segi empat itu menjadi 10 bagian, kemudian 1 bagian (1/10) nya bagi lagi menjadi 10 bagian.

Nah, 1 bagian dari 10 bagian yang kedua itu sama dengan jumlah manusia, dan 1 bagian dari 10 bagian pertama adalah jumlah jin, sedangkan segi empat pertama menunjukkan jumlah malaikat. Jadi, jumlah manusia itu 1/10 dari jumlah jin, dan jumlah jin 1/10 dari jumlah malaikat, atau perbandingan manusia, jin, dan malaikat adalah 1:10:100.

Manusia disebutkan dalam Al-Quran dalam 3 term, yaitu Al-Insan, Al-Basyar, dan An-Naas. Kata Insan ini dinyatakan dalam Al-Quran sebanyak 65 kali dan tersebar dalam 43 surat. Kata Al-Basyar dinyatakan dalam Al-Quran sebanyak 36 kali dan tersebar dalam 26 surat. Sedangkan kata An-Naas dalam Alquran disebutkan sebanyak 241 kali dan tersebar dalam 55 surat.

Jin (makhluk gaib) disebutkan dalam Al-Quran sebanyak 19 kali. Sedangkan kata Syetan disebutkan sebanyak 56 kali.

Manusia dan Jin adalah dua makhluk yang diberi tugas untuk beribadah kepada Allah Swt, sebagaimana disebutkan di dalam Al-Quran surat adz-Dzariyat (51) ayat ke-56. Di ayat tersebut Allah Swt berfirman,

Baca juga: Setan

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-Ku."

Baca juga: Pasukan Setan

Jadi, tujuan penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada-Nya. Namun berbeda dengan malaikat yang memang diciptakan untuk beribadah, manusia dan jin-walaupun diberi tugas untuk beribadah-diberi kebebasan untuk memilih, apakah mau menuruti perintah Allah Swt untuk beribadah atau mau mengingkarinya (tidak mau beribadah).

Dalam perjalanan hidupnya, manusia dan jin-yang diberi hawa nafsu-banyak yang tidak melaksanakan syariat Allah Swt (beribadah). Sehingga masing-masing dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, Muslim (yang melaksanakan syariat Allah) dan Kafir (yang menolak/mengingkari syariat Allah).

Lalu, di mana posisi syetan?

Syetan bukan nama makhluk, melainkan gelar atau sebutan untuk manusia dan jin yang menolak/mengingkari syariat Allah Swt (kafir). Untuk lebih jelasnya lihat gambar di atas.

Pernyataan di atas penjelasannya dapat dibaca di surat terakhir dari Al-Quran, yaitu surat an-Naas (surat ke-114), khususnya 3 ayat terakhir (ayat ke-4, 5, dan 6), yang terjemahnya sebagai berikut,

"Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia."

Jelas sekali dari 3 ayat di atas kita bisa mengetahui bahwa syetan adalah yang suka membisikkan (perbuatan dosa/kejahatan) kepada manusia, dan ia berasal dari jin dan manusia.

Tentu saja, penyebutan syetan-kepada jin dan manusia kafir-itu adalah hak prerogatif Allah Swt. Kita manusia memiliki keterbatasan untuk mengetahui siapa yang benar-benar Muslim dan siapa yang kafir, sehingga dilarang menyebutnya syetan. Jangankan menyebut syetan kepada manusia lain, menyebut kafir saja dilarang.

Dari Ibnu Umar, Rasulullah Saw bersabda,

"Bila seseorang mengkafirkan saudaranya (yang Muslim), maka pasti seseorang dari keduanya mendapatkan kekafiran itu." (HR. Bukhari no. 6104, Muslim no.60, Tirmidzi no.2637)

Di hadis lain diriwayatkan, Rasulullah Saw bersabda,

"Barangsiapa memanggil dengan sebutan kafir atau musuh Allah padahal yang bersangkutan tidak demikian, maka tuduhan itu akan kembali kepada penuduh." (HR. Bukhari-Muslim)

Kalau menyebut kafir saja dilarang, apalagi menyebutnya syetan.

Niat atau motivasi saya menulis artikel ini adalah-minimal-kita mengetahui posisi manusia dan jin dalam kehidupan ini, sehingga diharapkan kita menyadari bahwa seorang manusia, dengan segala keterbatasannya, bisa saja berbuat dosa, tergelincir berbuat maksiat, sehingga menjadikannya di mata Allah Swt sebagai syetan.

Wallahu 'alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun