Jadi, tujuan penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada-Nya. Namun berbeda dengan malaikat yang memang diciptakan untuk beribadah, manusia dan jin-walaupun diberi tugas untuk beribadah-diberi kebebasan untuk memilih, apakah mau menuruti perintah Allah Swt untuk beribadah atau mau mengingkarinya (tidak mau beribadah).
Dalam perjalanan hidupnya, manusia dan jin-yang diberi hawa nafsu-banyak yang tidak melaksanakan syariat Allah Swt (beribadah). Sehingga masing-masing dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, Muslim (yang melaksanakan syariat Allah) dan Kafir (yang menolak/mengingkari syariat Allah).
Lalu, di mana posisi syetan?
Syetan bukan nama makhluk, melainkan gelar atau sebutan untuk manusia dan jin yang menolak/mengingkari syariat Allah Swt (kafir). Untuk lebih jelasnya lihat gambar di atas.
Pernyataan di atas penjelasannya dapat dibaca di surat terakhir dari Al-Quran, yaitu surat an-Naas (surat ke-114), khususnya 3 ayat terakhir (ayat ke-4, 5, dan 6), yang terjemahnya sebagai berikut,
"Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia."
Jelas sekali dari 3 ayat di atas kita bisa mengetahui bahwa syetan adalah yang suka membisikkan (perbuatan dosa/kejahatan) kepada manusia, dan ia berasal dari jin dan manusia.
Tentu saja, penyebutan syetan-kepada jin dan manusia kafir-itu adalah hak prerogatif Allah Swt. Kita manusia memiliki keterbatasan untuk mengetahui siapa yang benar-benar Muslim dan siapa yang kafir, sehingga dilarang menyebutnya syetan. Jangankan menyebut syetan kepada manusia lain, menyebut kafir saja dilarang.
Dari Ibnu Umar, Rasulullah Saw bersabda,
"Bila seseorang mengkafirkan saudaranya (yang Muslim), maka pasti seseorang dari keduanya mendapatkan kekafiran itu." (HR. Bukhari no. 6104, Muslim no.60, Tirmidzi no.2637)
Di hadis lain diriwayatkan, Rasulullah Saw bersabda,