Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Utang Penyebab Hidup Nelangsa dan Mati Sengsara

24 Juni 2022   06:00 Diperbarui: 24 Juni 2022   07:00 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
meme tentang utang/Sumber:jalantikus.com| Twitter/VazlyJagapati| Kolase foto edit pribadi

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad, Hakim dan Baihaqi, dikisahkan suatu hari ada seorang sahabat Nabi yang meninggal dunia. Sebagaimana biasa Rasulullah datang melayat dan hendak menyolatkan. Sebelum memimpin salat jenazah, beliau bertanya, "Apakah yang meninggal ini memiliki utang?"

Beberapa orang menjawab, "Punya, ya Rasulullah. Dua dinar!"

Rasulullah pun mundur, lalu beliau berkata, "Silahkan salatkanlah rekan kalian ini!"

Setelah suasana hening beberapa jenak, Abu Qatadah berkata, "Wahai, Rasulullah. Utang dua dinar orang ini aku yang akan menanggungnya!"

Rasulullah Saw bertanya kepada Abu Qatadah, "Utangnya menjadi tanggunganmu? Tertanggung dari hartamu? Dan si mayit terlepas daripadanya?"

Abu Qatadah menjawab, "Betul, ya Rasulullah!"

Maka Rasulullah Saw pun bersedia menyalati jenazah.

***

Di Riwayat dikisahkan dari Abu Qatadah Al-Harits bin Rib'I, bahwa Rasulullah Saw berkhutbah di depan khalayak ramai. Kemudian beliau menyebutkan pada mereka bahwa jihad di jalan Allah dan beriman kepada Allah adalah sebaik-baik amal. Tiba-tiba seorang lelaki berdiri dan bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimana pendapat Tuan jika saya terbunuh dalam jihad, apakah semua kesalahan saya akan diampuni?"

Beliau menjawab, "Benar, jika kamu terbunuh dalam keadaan sabar, mengharapkan pahala dari Allah, sedang maju, dan tidak lari mundur ke belakang. Kecuali jika engkau memiliki utang. Sesungguhnya Jibril mengatakan hal itu kepadaku." (HR. Muslim no. 1885).

Hadis di atas diperkuat oleh hadis dari Abdillah bin 'Amr bin 'Ash, yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali utang." (HR Muslim no. 1886).

***

Dua hadis di atas meriwayatkan hal yang sama, utang membuat siapa pun yang memilikinya menderita.

Sekarang, siapa, sih, yang tidak punya utang. Sepertinya tidak ada. Lalu, apakah semua orang akan semenderita seperti disebutkan dalam dua hadis di atas?

Utang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah 'uang yang dipinjam dari orang lain', dan 'kewajiban membayar kembali apa yang sudah diterima'.

Ada kalimat 'kewajiban membayar kembali', ini, menurut saya, yang menjadi apa maksud dari dua hadis di atas. Karena wajib itu sesuatu yang harus dan kalau tidak dilakukan akan menyebabkan berdosa.

Rasulullah Saw khawatir sahabat yang meninggal itu tidak melakukan kewajibannya (membayar utang), sehingga dia meninggal dalam keadaan berdosa. Buktinya, setelah utangnya ada yang membayar, beliau mau mensalatkan.

Jadi poinnya, sekali lagi menurut saya, melalaikan kewajiban membayar utang ini yang menyebab berutang (meminjam uang) itu sesuatu yang 'dicela'.

Kalau komitmen dengan janjinya membayar, maka utang adalah sesuatu yang biasa dan wajar dilakukan. Walaupun, sejauh mungkin kita harus menghindari berutang. Karena bagaimanapun utang membuat hidup tidak tenang.

Kalau ga percaya hidup tanpa utang itu lebih tenang, silahkan baca beberapa kata bijak berikut ini.

"Lebih baik pergi tidur tanpa makan malam daripada bangun tidur dengan utang." (Benjamin Franklin).

"Beberapa orang terjebak dalam kebahagiaan pamer di sosial media, sampai lupa tumpukkan utang di dunia sosial yang nyata." (Boy Candra)

"Yang aku bayar pada tukang pecel hanyalah biaya produksi, waktu, dan tenaganya. Rasaku ketika makan pecel dan berbagai sensasinya tak terbayar. Itulah utang rasa." (Sujiwo Tejo)

"Aku wasiatkan kepada kalian agar tidak berutang meskipun kalian merasakan kesulitan, karena sesungguhnya utang adalah kehinaan di siang hari, kesengsaraan di malam hari." (Umar bin Abdul Aziz)

"Janji adalah utang. Dan utang tetaplah utang, yang harus dibayar kembali suatu saat nanti." (Emma Grace)

"Derita adalah momentum membayar utang. Siapa saja yang melawan, tidak saja gagal membayar utang, ia malah menciptakan utang yang baru." (Gede Prama)

"Jangan pernah berutang jika utang itu hanya untuk Anda "seakan-akan terlihat lebih sukses" oleh orang-orang di sekililing Anda karena inilah yang dimaksud dengan "hidup di dalam ilusi". (Joe Hartanto)

"Bermudah-mudahan berutang akan mudah menghasilkan dosa selanjutnya. Niat jelek tidak akan bayar. Niat bayar tidak tepat waktu. Bohong akan bayar tepat waktu. Merusak hangatnya persaudaraan. Muncul saling curiga. Memutus silaturahmi karena malas berjumpa. Pinjaman riba bank."

Berutang berapa pun, kepada siapa pun, kapan pun, silahkan saja. Tetapi yang penting dan harus selalu diingat: UTANG WAJIB DIBAYAR.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun