Hadis di atas diperkuat oleh hadis dari Abdillah bin 'Amr bin 'Ash, yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali utang." (HR Muslim no. 1886).
***
Dua hadis di atas meriwayatkan hal yang sama, utang membuat siapa pun yang memilikinya menderita.
Sekarang, siapa, sih, yang tidak punya utang. Sepertinya tidak ada. Lalu, apakah semua orang akan semenderita seperti disebutkan dalam dua hadis di atas?
Utang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah 'uang yang dipinjam dari orang lain', dan 'kewajiban membayar kembali apa yang sudah diterima'.
Ada kalimat 'kewajiban membayar kembali', ini, menurut saya, yang menjadi apa maksud dari dua hadis di atas. Karena wajib itu sesuatu yang harus dan kalau tidak dilakukan akan menyebabkan berdosa.
Rasulullah Saw khawatir sahabat yang meninggal itu tidak melakukan kewajibannya (membayar utang), sehingga dia meninggal dalam keadaan berdosa. Buktinya, setelah utangnya ada yang membayar, beliau mau mensalatkan.
Jadi poinnya, sekali lagi menurut saya, melalaikan kewajiban membayar utang ini yang menyebab berutang (meminjam uang) itu sesuatu yang 'dicela'.
Kalau komitmen dengan janjinya membayar, maka utang adalah sesuatu yang biasa dan wajar dilakukan. Walaupun, sejauh mungkin kita harus menghindari berutang. Karena bagaimanapun utang membuat hidup tidak tenang.
Kalau ga percaya hidup tanpa utang itu lebih tenang, silahkan baca beberapa kata bijak berikut ini.
"Lebih baik pergi tidur tanpa makan malam daripada bangun tidur dengan utang." (Benjamin Franklin).