Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Rintihan Zainab

26 April 2022   11:08 Diperbarui: 26 April 2022   11:12 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Zainab binti Zahsy, sumber: bincangmuslimahdotcom

Dari mana datangnya lintah,

Dari sawah turun ke kali.

Dari mana datangnya cinta,

Dari mata turun ke hati.

Peribahasa di atas mempunyai arti, cinta bermula dari pandangan. Berbicara pandangan berarti berbicara masalah rupa, baik rupa wajah maupun bentuk tubuh. Melihat seseorang yang rupawan, ditambah bentuk fisik yang bagus, akan menumbuh rasa cinta.

Walaupun realitanya tidak sedikit sepasang manusia saling mencinta tanpa mempertimbangkan rupa wajah dan bentuk fisik. Namun, orang-orang tua dahulu menciptakan peribahasa di atas tentu karena melihat secara umum, bahwa rasa cinta berawal dari ketertarikan mata. Dan, Zainab bin Jahsy membuktikannya.

Terlahir dari suku Quraisy yang tergolong ningrat, Bani Asad bin Khuzaimah al-Mudhariyyin, dan Bani Hasyim dari garis ibu, Zainab menjadi wanita rupawan dan bangsawan di tengah kaumnya. Semua ciri kecantikan seorang wanita ada pada dirinya. Bukan hanya cantik luarnya, inner beauty-nya pun patut dipuji.

Kemudian, adalah Zaid bin Haritsah. Seorang penduduk Makkah yang sangat beruntung. Semula dia adalah budak miliki Khadizah, kemudian dihadiahkan kepada suaminya, Rasulullah Saw, dan oleh Rasulullah dimerdekakan lalu dijadikan anak angkat. 

Zaid bin Haritsah adalah seorang pemuda yang cerdas dan haus akan ilmu, itu yang membuat Rasulullah Saw sayang padanya. Dia cepat dalam memahami apa pun yang diajarkan Rasulullah.

Saat usia Zaid bin Haritsah beranjak dewasa, cukup untuk memulai hidup baru, Rasulullah Saw mencarikan calon istri untuknya. Dan pilihan Rasulullah Saw jatuh kepada Zainab binti Jahsy.

Bukan tanpa alasan Rasulullah Saw memilih Zainab. Zaid merupakan seorang bekas budak, dan Zainab adalah seorang wanita bangsawan. Namun dalam Islam mereka memiliki kedudukan yang sama. Beliau hendak mengajarkan nilai persamaan, bahwa faktor kelas sosial bukanlah menjadi timbangan pertama dalam pernikahan. Tetapi agama dan takwalah yang patut jadi acuan.

Rasulullah Saw pun menemui Zainab binti Jahsy dan meminangnya untuk Zaid. Beliau berkata kepada Zainab, "Aku meridhai Zaid untukmu."

Zainab binti Jahsy terdiam untuk beberapa jenak. Raut kekecewaan tergambar di wajahnya. Semula dia mengira Rasulullah Saw datang menemuinya untuk melamarnya, memintanya menjadi istri beliau. Siapa yang tidak senang menjadi istri orang yang paling mulia.

"Wahai Rasulullah, tapi aku tidak tertarik menikah dengannya." Zainab menyampaikan isi hatinya. Zainab tidak sungkan menyampaikan hal itu. Zainab adalah wanita bangsawan yang terbiasa berterus terang, juga karena Rasulullah Saw adalah sepupunya. Ibunya adalah adik dari Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw memaksa, "Tidak. Menikahlah dengannya!"

"Wahai Rasulullah, apakah Engkau memerintahkanku?"

Bersamaan dengan itu Allah Swt menurunkan wahyu untuk menjawab kegundahan Zainab. Allah Swt berfirman,

"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata."*

Sebagai wanita yang beriman dan taat, Zainab pun menerima keputusan untuk menikah dengan Zaid bin Haritsah, walaupun bertentangan dengan keinginannya.

Roda kehidupan pun bergulir. Biduk rumah tangga Zaid dan Zainab berlayar, tetapi terseok diterpa badai. Zaid adalah mantan budak yang berhidung pesek, berkulit hitam, dan tidak begitu tampan. Bagaimanapun, itu menjadi sesuatu yang tidak enak dipandang, sehingga ada perasaan tidak nyaman dalam diri Zainab.

Gestur tubuh Zainab pun terbaca oleh Zaid bin Haritsah. Zaid merasakan ada kecanggungan dalam pelayanan Zainab sebagai istrinya. Dan Zaid adalah laki-laki yang cerdas, yang mustahil tidak mengetahui penyebab istrinya bersikap begitu.

Sebagai seorang laki-laki, tentu saja Zaid merasa terganggu karena memiliki istri yang tidak menginginkan dirinya. Zaid pun punya harga diri, maka dia bergegas menemui Rasulullah Saw dan mengungkapkan keinginannya untuk menceraikan Zainab.

"Ada apa denganmu wahai, Zaid? Adakah sesuatu yang meragukanmu pada Zainab?" tentu saja Rasulullah terkejut.

"Demi Allah tidak, wahai Rasulullah. Tidak ada sesuatu pun pada dirinya yang meragukanku dan tidak ada yang kulihat padanya selain kebaikan. Namun, aku melihat ia sebagai seorang yang terhormat selalu bersikap canggung. Bahkan, terlihat dia tidak mencintaiku."

Rasulullah pun tertegun mendengar penuturan Zaid. Kemudian Allah Swt memberinya wahyu untuk menyetujui keinginan Zaid bin Haritsah, sekaligus perintah untuk menikahi Zainab binti Jahsy.

Allah Swt berfirman,

"Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi."**

Tentu saja Zainab menerimanya. Ketaatan Zainab pada Allah dan Rasulullah, saat bersedia menikah dengan Zaid, berbuah nikmat dari Allah, dengan menjadi istri Rasulullah.

Sesudah menikah dengan Rasulullah, Zainab merasa bangga di hadapan istri-istri Rasulullah yang lain. Ia berkata, "Kalian dinikahkan oleh bapak-bapak kalian. Sedangkan aku langsung dinikahkan oleh Allah dari atas langit ketujuh."***

*****

* Surat al-Ahzab ayat 36

** Surat al-Ahzab ayat37

*** HR. Bukhari dalam Kitab Tauhid 6984, dan at-Turmudzi 3213.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun