Rasulullah Saw pun menemui Zainab binti Jahsy dan meminangnya untuk Zaid. Beliau berkata kepada Zainab, "Aku meridhai Zaid untukmu."
Zainab binti Jahsy terdiam untuk beberapa jenak. Raut kekecewaan tergambar di wajahnya. Semula dia mengira Rasulullah Saw datang menemuinya untuk melamarnya, memintanya menjadi istri beliau. Siapa yang tidak senang menjadi istri orang yang paling mulia.
"Wahai Rasulullah, tapi aku tidak tertarik menikah dengannya." Zainab menyampaikan isi hatinya. Zainab tidak sungkan menyampaikan hal itu. Zainab adalah wanita bangsawan yang terbiasa berterus terang, juga karena Rasulullah Saw adalah sepupunya. Ibunya adalah adik dari Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah Rasulullah Saw.
Rasulullah Saw memaksa, "Tidak. Menikahlah dengannya!"
"Wahai Rasulullah, apakah Engkau memerintahkanku?"
Bersamaan dengan itu Allah Swt menurunkan wahyu untuk menjawab kegundahan Zainab. Allah Swt berfirman,
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata."*
Sebagai wanita yang beriman dan taat, Zainab pun menerima keputusan untuk menikah dengan Zaid bin Haritsah, walaupun bertentangan dengan keinginannya.
Roda kehidupan pun bergulir. Biduk rumah tangga Zaid dan Zainab berlayar, tetapi terseok diterpa badai. Zaid adalah mantan budak yang berhidung pesek, berkulit hitam, dan tidak begitu tampan. Bagaimanapun, itu menjadi sesuatu yang tidak enak dipandang, sehingga ada perasaan tidak nyaman dalam diri Zainab.
Gestur tubuh Zainab pun terbaca oleh Zaid bin Haritsah. Zaid merasakan ada kecanggungan dalam pelayanan Zainab sebagai istrinya. Dan Zaid adalah laki-laki yang cerdas, yang mustahil tidak mengetahui penyebab istrinya bersikap begitu.
Sebagai seorang laki-laki, tentu saja Zaid merasa terganggu karena memiliki istri yang tidak menginginkan dirinya. Zaid pun punya harga diri, maka dia bergegas menemui Rasulullah Saw dan mengungkapkan keinginannya untuk menceraikan Zainab.