Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berzina sampai Mati

19 April 2022   06:49 Diperbarui: 19 April 2022   06:52 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maaf, Nak Edo. Waktu kami tiba, kami tidak mendengar ada yang minta tolong. Kami mengira rumah sedang kosong. Lagian, apinya sangat besar, tidak ada satu pun warga yang berani mendekat."

"Sekarang pun, kami belum memeriksa ke dalam rumah, karena melihat masih ada api, dan juga menunggu Anda," lanjut Pak RT.

Sekitar seperempat jam Edo menunggu api benar-benar padam. Dia kemudian berjalan ke arah rumah setelah meminjam senter dari seorang warga.

Dengan senter Edo mengedarkan pandangan ke bagian-bagian rumah yang sudah dihuninya 10 tahun. Dia mencari tubuh istrinya. Di dapur, di kamar mandi, tidak ditemukan. Tak terasa airmata mengalir membasahi pipinya.

Dia berjalan ke arah kamar tidur. Edo tertegun, dahinya mengernyit, raut wajahnya yang semula muram disertai bulir air mata, seketika berubah memerah, menunjukkan kemarahan, saat sinar senter menyorot dua tubuh gosong yang sedang berpelukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun