"Rumah saya, Pak!" jawab Edo pelan.
"Kalau begitu kamu pulang saja, biar kerjaan diselesaikan si Ujang," perintah Pak Andi, Ujang hanya mengangguk.
"Baik, Pak .... Dod, aku pinjam motormu, ya, biar cepat sampai. Kamu nanti pulang pake mobilku." Edo menoleh ke arah Dodi.
"Boleh, nih!" Dodi menyerahkan kunci motornya, "Hati-hati, Do. Jangan panik, keep calm."
Edo hanya mengangguk. Setelah mengambil tas dan membereskan meja kerjanya, Edo langsung pulang.
Beruntung malam itu cerah, arus lalu lintas tidak begitu padat. Edo memacu motor dengan kecepatan tinggi. Kekhawatiran pada kondisi Rani, istrinya, membuatnya menyingkirkan rasa takut saat mengebut. Bahkan beberapa kali harus melanggar lampu merah. Beruntung tidak ada polisi.
Pukul 20.30 Edo sampai di perumahan. Satpam yang menjaga di gerbang sempat menghentikannya karena merasa asing dengan motor yang dipakai Edo.
"Saya Edo, pak!" Edo membuka helmnya setelah berhenti di depan pos satpam.
"Ooh ... Pak Edo, saya kira siapa. Silahkan ... silahkan ..., Pak."
"Jam berapa kejadiannya?" tanya Edo penasaran.
 "Persisnya kita tidak tahu, Pak. Tapi pas lagi salat Isya, itu api langsung besar. Warga tidak sempat memadamkan api, karena sedang salat di masjid. Warga baru tahu ada kebakaran waktu anak-anak teriak ada kebakaran." Satpam menjelaskan.