Ibu terlihat terkejut mendengar jawabanku. Dia lalu menutup muka dengan kedua tangannya sambil mengucap, "Astaghfirullah ... ya Allah, ampuni hambaMu ini!"
"Kenapa aku sampai berpikiran menerima tawaran Mang Jana, astaghfirullah ...." kedua tangan ibu masih ditutupkan ke mukanya.
Aku pelan-pelan melepas tangan ibu dari mukanya dan sejenak ibu menatapku dan langsung  merangkulku, airmatanya membasahi pundakku.
"Terimakasih, Nak. Kau telah mengingatkan ibu."
"Insya Allah, Bu. Selama kita sabar dan tidak melanggar syariatnya, Allah akan selalu melapangkan rezeki hambaNya."
Dua hari kemudian ketika Mang Jana datang lagi, ibuku langsung menolak tawarannya. 'Lebih baik merugi daripada harus berbuat dosa', kalimat itu yang sempat terdengar olehku saat ibu menolak tawaran Mang Jana.
Sepekan kemudian terjadi penggerebekan beberapa warung baso oleh polisi dan masyarakat. Dan sejak itu, warung baso ibuku ramai lagi didatangi pembeli
*****
*Ayam tiren = ayam mati kemaren.
*Terinspirasi kisah gadis penjual susu di zaman khalifah Umar bin Khaththab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H