Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Baso Tiren

18 April 2022   08:49 Diperbarui: 18 April 2022   09:01 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat pertama datang menawarkan ayam tiren, saya dan ibu tentu kaget. Tidak menyangka ada yang berpikiran kotor seperti itu. Lebih kaget lagi ketika Mang Jana bercerita bahwa beberapa warung baso sudah memakai ayam tiren. Bahkan katanya, di daerah lain, hal itu sudah biasa.

Maklum, saat harga-harga naik, termasuk bahan-bahan pembuat baso, terutama daging, baik daging sapi atau ayam, mau tidak mau penjual baso harus menaikkan harga juga. Dan ini beratnya, di saat ekonomi masyarakat sulit bukan keputusan yang baik untuk menaikkan harga.

Namun, kalau tidak dinaikkan harganya, maka hasil penjualan pun akan plus-plos, balik modal, itu pun kalau semua terjual habis, yang ada malah tekor, rugi.

Itu yang dialami warung baso ibuku. Sejak pandemi melanda keuntungannya berkurang, seringnya malah merugi. Semula, karena pandemi dan ada larangan ke luar rumah, menyebabkan pembeli berkurang. Sering dalam sehari hanya ada beberapa pembeli yang datang.

Lalu, di saat kehidupan mulai normal kembali. Orang-orang sudah pada berani ke luar rumah lagi, dan pembeli baso sudah mulai berdatangan, naiknya harga daging, membuat penjualan baso ibuku mengalami masalah lagi.

Ibu sering terlihat sedih di sore hari, saat menutup warung basonya. Dulu, warung baso ibuku adalah warung baso pavorit warga sekitar, tidak kurang seratus mangkuk baso terjual setiap hari, terutama di akhir pekan. Kondisi pandemi dan bahan-bahan mahal membuat ibuku sering berpikir untuk menutup warung basonya. Hal itu beberapa kali diutarakan kepadaku.

Lalu, datanglah Mang Jana menawarkan solusi. Kedatangannya yang pertama, jelas-jelas tawarannya itu ditolak ibuku. Ibuku tidak mau menipu pelanggannya. Daripada memakai ayam tiren, untuk menyiasati harga bahan yang mahal, ibuku memperkecil ukuran baso, dan mengurangi jumlah baso dalam seporsi, tetapi dengan harga biasa.

Strategi ibuku itu tentu mendapat protes para pembeli. Ada yang bicara langsung tetapi ada juga yang cara tidak datang lagi membeli baso ibuku. Tentu saja itu membuat ibuku tambah sedih. Dan tambah sedih saat mengetahui warung baso yang lain tetap ramai oleh pembeli.

Sebulan sejak kedatangannya yang pertama, Mang Jana datang lagi. Kembali menawarkan ayam tiren. Ibuku yang sudah kehabisan akal menyiasati dagangannya mulai merespon tawaran Mang Jana. Apalagi setelah diberitahu bahwa beberapa penjual baso yang memakai ayam tiren, keuntungannya bertambah.

"Nak, sini, Nak!" panggil ibuku setelah Mang Jana pergi.

Aku pun keluar kamar dan duduk di depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun