Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu. Bahkan kemudian di tahun 1485 Sunan Giri diminta menjadi penasihat (Ahlul Halli Wal Aqdi) dan panglima militer Kesultanan Demak. Demak pun tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.
Â
Tanggal 9 Maret 1487, Sunan Giri kemudian diangkat menjadi Raja Giri Kedaton oleh Raden Fatah selaku Sultan Demak I dengan gelar Prabu Satmoto.
Â
Sunan Giri wafat pada malam Jumat, tanggal 24 Rabiul Awwal tahun 913 H/1506 M, Kesunanan Giri kemudian dipimpin putranya yang bergelar Sunan Dalem atau Sunan Giri 2.
Â
Selain mengasuh pondok pesantren, Sunan Giri pun pernah menyebarkan Islam ke wilayah Timur Nusantara. Beliau menugaskan para santri (murid)nya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Nusantara, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau.
Â
Sunan Giri memiliki pengetahuan yang sangat luas tentang ilmu Fiqih, sehingga dijuluki Sultan Abdul Faqih. Beliau juga sangat berjasa karena menghasilkan karya seni sebagai sarana untuk berdakwah. Tembang lir-ilir, jelungan dan cublak-cublak suweng merupakan karya beliau. Demikian pula dengan gending Asmaradhana dan Pucung meski bernuansa Jawa namun sarat akan ajaran Islam, nasehat dan pesan moral.
Â
REFERENSI: