Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Singkat Sunan Giri

17 April 2022   08:36 Diperbarui: 17 April 2022   08:41 1203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Sunan Giri, sumber kompas

Malam hampir mendekati puncaknya ketika kapal dagang dari Gresik, yang menuju Kamboja, tiba-tiba berhenti mendadak.

"Hai ... kenapa kapal berhenti?" teriak Nakhoda kepada Awak Kapal di bagian kemudi.

"Tidak tahu, Tuan. Ini tiba-tiba saja berhenti," jawab si Awak Kapal.

"Periksa!" perintah Nakhoda.

Setelah dilihat-lihat, ternyata ada kotak kecil yang menghalangi kapal. Diliputi keanehan, nakhoda pun memerintahkan awak kapal untuk mengangkat peti kecil tersebut. Setelah diangkat dan dibuka, begitu terkejutnya mereka saat melihat isi peti itu ternyata seorang bayi yang rupawan[1].

 

 

Mereka pun meneruskan perjalanan dan bermaksud membawa serta bayi yang mereka temukan itu ke Pulau Bali dan baru akan menyerahkannya kepada majikan mereka saat kembali dari Bali. Namun, keanehan kedua terjadi. Kapal itu tidak mau maju, hanya berputar-putar. Kemudian Nakhoda berinisiatif untuk membalikkan arah, dan kembali ke Pelabuhan Gresik.

 

 

Ternyata, setelah kapal berbalik arah. Kapal mau bergerak. Bahkan kapal bergerak dengan cepat, sehingga dalam waktu singkat sampai di Pelabuhan Gresik. Nakhoda kemudian membawa kotak berisi bayi itu ke majikan mereka. Awalnya mereka dimarahi karena kembali sebelum sampai di Bali. Namun, setelah dijelaskan dan diperlihatkan apa yang mereka bawa, juragan mereka yang bernama Nyai Gede Pinatih sangat gembira.

 

Alangkah senangnya Nyai Gede Pinatih karena memperoleh apa yang selama ini didambakan. Nyai Gede Pinatih pun memberi nama bayi itu Joko Samudro, sesuai dengan tempat ditemukannya[2].

 

Setelah cukup umur, Nyai Gede Pinatih mengirim Joko Samudro ke pondok pesantren yang diasuh Sunan Ampel di Ampel Denta. Melihat ada keistimewaan dalam diri Joko Samudro, Sunan Ampel sangat menyayanginya, sebagaimana menyayangi putranya sendiri.

 

Selama belajar di Pesantren Sunan Ampel, Joko Samudro diberi nama Raden Paku. Tujuh tahun lamanya Joko Samudro atau Raden Paku belajar Islam. Setelah lulus dan diwisuda dia diberi gelar Ainul Yaqin.

 

Pada suatu malam, tepatnya di sepertiga malam. Saat Sunan Ampel menglilingi pesantren untuk melihat kondisi santrinya, terlihat olehnya seberkas sinar menerobos salah satu pondok tempat para santri tidur. Dia pun memeriksa ke dalam pondok. Terlihat ada seorang santri yang wajahnya bercahaya. Karena gelap, Sunan Ampel tidak bisa melihat. Oleh karenanya, dia memberi tanda dengan mengikat ujung sarung santri tersebut[3].

 

Sesaat sebelum salat subuh, Sunan Ampel bertanya, "Siapa di antara kalian yang saat bangun, ujung sarungnya terikat?"

 

Joko Samudra kemudian mengangkat tangan, "Saya, Kyai!"

 

Tahulah Sunan Ampel, bahwa Joko Samudro punya keistimewaan. Beliau pun kemudian menyuruh Joko Samudro dengan Sunan Bonang untuk memperdalam Islam ke Pasai.

 

Beberapa tahun belajar Islam di Pasai. Mereka kemudian kembali ke Jawa. Sesampai di Jawa, mereka berpisah. Sunan Bonang menuju Tuban sedangkan Raden Paku atau Joko Samudro melanjutkan perjalanan ke Gresik, menemui ibu angkatnya.

 

Di Gresik beliau bermaksud mendirikan pesantren. Raden Paku pun melakukan tafakur selama 40 hari, untuk menentukan lokasi pesantren. Menurut petunjuk yang didapat. Pesantren harus didirikan di atas bukit yang sekarang terkenal dengan sebutan Giri Kedaton.

 

Beliau pun kemudian mendirikan pondok pesantren di bukit tersebut. Saat itu tahun 1481. Beliau pun kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Giri. Murid beliau banyak berdatangan dari daerah lain. Pesantren berkembang pesat, bahkan kemudian menjadi Kesunanan Giri Kedaton. Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata.

 

Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu. Bahkan kemudian di tahun 1485 Sunan Giri diminta menjadi penasihat (Ahlul Halli Wal Aqdi) dan panglima militer Kesultanan Demak. Demak pun tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa.

 

Tanggal 9 Maret 1487, Sunan Giri kemudian diangkat menjadi Raja Giri Kedaton oleh Raden Fatah selaku Sultan Demak I dengan gelar Prabu Satmoto.

 

Sunan Giri wafat pada malam Jumat, tanggal 24 Rabiul Awwal tahun 913 H/1506 M, Kesunanan Giri kemudian dipimpin putranya yang bergelar Sunan Dalem atau Sunan Giri 2.

 

Selain mengasuh pondok pesantren, Sunan Giri pun pernah menyebarkan Islam ke wilayah Timur Nusantara. Beliau menugaskan para santri (murid)nya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Nusantara, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau.

 

Sunan Giri memiliki pengetahuan yang sangat luas tentang ilmu Fiqih, sehingga dijuluki Sultan Abdul Faqih. Beliau juga sangat berjasa karena menghasilkan karya seni sebagai sarana untuk berdakwah. Tembang lir-ilir, jelungan dan cublak-cublak suweng merupakan karya beliau. Demikian pula dengan gending Asmaradhana dan Pucung meski bernuansa Jawa namun sarat akan ajaran Islam, nasehat dan pesan moral.

 

REFERENSI:

 

1. Ismawadi, "Ziarah Kubur dalam Perspektif Budaya dan Agama". (Jurnal At-Taqaddun Volume 4 No.1, Juli 2012)

2.   Mudlofar, M. "Babad Giri Kedaton: Kajian Struktur Teks". (STT Qomaruddin Gresik)

 

DATA SEJARAH:

 

1. Penetapan Giri Kedaton sebagai sebagai Kesunanan oleh Raden Fatah selaku Sultan Demak I, pada tanggal 9 Maret 1487, kemudian ditetapkan sebagai hari jadi (lahirnya) Kota Gresik.

2. Tembang Ilir-ilir, Jelungan dan Cublak-cublak Suweng masih sering dinyanyikan sampai sekarang.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun