"Buat apa aku mengurbankan hasil tanaman setelah lelah menanam dan merawatnya?" Mulut Qabil terus memaki seraya mengumpulkan buah-buahan dan memasukkannya ke dalam karung.
Di hari yang ditentukan Qabil dan Habil membawa kurbannya ke sebuah tempat yang ditunjuk ayahnya, dan meletakkannya di sana. Qabil tersenyum sinis melihat adiknya membawa seekor kambing yang besar dan putih bersih.
***
Beberapa hari setelah keduanya mempersembahkan kurban, Nabi Adam memberitahukan bahwa kurban milik Habil diterima Allah Swt, sementara kurban Qabil ditolak.
"Dengan demikian Habillah yang akan menikah dengan Iqlima. Kalian harus segera mempersiapkan diri, upacara pernikahan akan segera dilaksanakan."
Bagai ditusuk besi panas telinga Qabil mendengar penjelasan ayahnya. Tanpa berkata apa-apa dia berbalik dan pergi.
"Sudah aku beritahukan, ini adalah akal-akalan si Habil." Setan kembali berbisik. "Satu-satunya cara untuk menikahi Iqlima adalah dengan menghilangkan si Habil selama-lamanya."
Serbuan kalimat busuk dari setan telah menggelapkan hati dan akal Qabil. Di sebuah kesempatan, saat Habil sedang berbaring di bawah pohon, Qabil mengendap-endap dan kemudian tanpa ampun dia menghantamkan batu yang dipegangnya ke kepala Habil. Berkali-kali, bahkan sampai Habil tidak sempat berteriak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H