Nusaibah tidak menunggu jawaban dari utusan tersebut. Ia bergegas menghadap Rasulullah Saw dengan mengendarai kuda yang ada.
Tiba di sana, Rasulullah mendengarkan semua perkataan Nusaibah. Setelah itu, beliau pun berkata dengan senyum.
"Nusaibah yang dimuliakan Allah. Belum masanya wanita mengangkat senjata. Untuk sementara engkau kumpulkan saja obat-obatan dan rawatlah tentara yang terluka. Pahalanya sama dengan yang bertempur."
Mendengar penjelasan Rasulullah demikian, Nusaibah pun segera menenteng obat-obatan dan berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang bertempur.
Dirawatnya mereka yang mengalami luka-luka dengan cermat. Pada suatu saat, ketika ia sedang menunduk dan memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba rambutnya terkena percikan darah. Nusaibah lalu memandang. Ternyata kepala seorang tentara Islam tergolek, tewas terbabat oleh senjata orang kafir.
Timbul kemarahan Nusaibah menyaksikan kekejaman ini.
Apalagi ketika dilihatnya Rasulullah terjatuh dari kudanya akibat keningnya terserempet anak panah musuh. Nusaibah tidak dapat menahan diri lagi, menyaksikan hal itu.
Ia bangkit dengan gagah berani. Diambilnya pedang dari prajurit yang tewas itu.
Dinaiki kudanya. Lantas bagaikan singa betina, ia mengamuk.
Tanpa rasa takut Nusaibah menceburkan diri ke tengan arena pertempuran.. Puluhan nyawa orang kafir pun tumbang terkena sabetan pedangnya.
Hingga pada suatu saat, seorang pasukan Quraisy mengendap dari arah belakang, dan langsung menebas putus lengan kirinya. Nusaibah pun terjatuh, terinjak-injak oleh kuda. Peperangan terus berjalan. Medan pertempuran makin menjauh, sehingga tubuh Nusaibah teronggok sendirian.