Makan misalnya. Kita awali dengan membaca basmalah kemudian membaca doa sebelum makan, dan kemudian dalam hati diniatkan bahwa kita makan supaya tubuh kita sehat dan kuat agar dapat beribadah dengan maksimal dan khusyu.
Begitupun dengan tidur. Kita awali dengan basmalah, membaca doa sebelum tidur, cara tidurnya mengikuti cara Rasulullah Saw tidur, dan diniatkan untuk memenuhi hak tubuh untuk istirahat.
Dengan memperbaharui niat disertai diawali membaca basmalah dan doa, maka perbuatan-perbuatan yang kita lakukan tersebut akan bernilai ibadah dan akan menghasilkan pahala.
Begitupun saat memanfaatkan waktu. Sebagai seorang yang haus pahala, setiap ada waktu luang kita manfaatkan untuk melakukan sesuatu yang bernilai ibadah. Misalnya saat mengantri di dokter. Kita manfaatkan waktu menunggu tersebut sambil berzikir atau membaca istighfar. Tentu tidak harus keras-keras.
Atau saat terjebak macet. Daripada uring-uringan lebih baik manfaatkan untuk berzikir atau ber-istighfar. Atau bisa juga dimanfaatkan untuk murojaah (mengulang-ulang) hafalan Qur'an kita.
Begitu juga dengan aktivitas menulis. Saat ini saya berusaha rutin menulis setiap hari, selain ingin menantang diri sendiri untuk berlatih konsisten, juga diniatkan berdakwah, menyampaikan hal-hal yang baik, yang semoga dapat diambil manfaatnya oleh pembaca.
Sebagaimana seorang striker yang haus gol, kita pun harus haus pahala. Sekecil apa pun peluang, harus kita manfaatkan menjadi pahala. Terutama di bulan Ramadhan ini, saat pahala dilipatgandakan oleh Allah Swt. Amalah-amalan sunah akan dihitung sebagai amalah wajib pahalanya. Oleh karenanya, sangat merugi kalau kita tidak memanfaatkan bulan Ramadhan sebagai lumbung pahala.
Wallahu'alam.
TSM, 17/04/21
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H