"Pokoknya, kita harus berusaha agar hasil akhir pemilihan nanti, pilihan tidak setuju harus lebih banyak." Pak Entang mengarahkan timnya.
"Tenang Pak! Separuh lebih warga saya sudah menyatkan tidak setuju," ujar Pak Edi, Ketua RW 07.
"Bagus tuh, RW yang lain harus dikondisikan juga," kata Pak Entang.
"Ya, kita, para ketua RW harus mau keliling ke rumah-rumah warga. Bilang saja, kalau nanti keputusan diperbaiki yang menang, biaya perbaikannya akan dibebankan ke warga dengan iuran. Mereka pasti menolak kalau diduruh iuran," saran Pak Edi.
Para ketua RW dan beberapa orang yang hadir menganggukkan kepala.
Andi hanya mengurut dada, tak habis pikir. Mengapa urusan memperbaiki jembatan harus diserahkan ke warga yang notabene tidak tahu apa-apa tentang konstruksi. Kalaupun ada, hanya beberapa orang saja. Bukan merasa paling bisa, tapi kenapa harus melakukan pemungutan suara? Apakah atas nama demokrasi semua hal 'hanya' bisa diselesaikan dengan pemungutan suara? Padahal, menurutnya, cukup dipanggil beberapa warga yang paham tentang konstruksi lalu dimusyawarahkan, dan diambil keputusan terbaik.
Andi makin bertanya-tanya, apakah dapat dikatakan sebuah demokrasi, ketika sebuah keputusan harus dipilih oleh orang-orang yang notabene tidak memahami konsekuensi dari pilihannya.
Sayang Andi tidak bisa menyaksikan proses pemungutan suara. Dua hari menjelang hari H, liburannya berakhir. Andi harus segera kembali ke Bandung.
Tiga hari kemudian, Andi mendapat kabar dari ibunya, bahwa hasil pemungutan suara lebih banyak yang tidak setuju untuk memperbaiki jembatan. Mendengarnya Andi hanya menghela napas. Sedih. Pertimbangan-pertimbangan non-teknis dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh warga Cibiru. Atau bahkan tanpa pertimbangan saat mereka menentukan pilihan. Mereka memilih hanya atas dasar arahan.
Dua pekan kemudian, saat sarapan di kedai bubur kacang langganannya, Andi membaca Koran yang ada tergeletak di meja. Gelas yang dipegangnya hampir terlepas, saat membaca berita di halaman pertama, dengan tulisan cukup besar.
"Jembatan Kampung Cibiru Runtuh. Korban meninggal 25 orang, 3 buah Mobil dan 9 Sepeda Motor".