Menjelang hari H, isu pengambilan suara menjadi agenda pembicaraan warga kampung Cibiru. Saat sarapan, di warung kopi, di pos ronda, saat kumpul di tukang sayur, di arisan ibu-ibu, di kantor kelurahan, di mana pun. Tentu dengan silang pendapat antara harus memperbaiki jembatan atau tidak. Seperti obrolan Ohle dan Komar di pangkalan ojek.
"Kamu nanti mau milih setuju atau tidak, Mar," tanya Ohle pada Komar.
"Entahlah. Bagiku kedua pilihan itu sama saja."
"Sama saja bagaimana?"
"Lha, aku cuma tukang ojek, enggak ngerti ilmu bangunan. Diperbaiki sukur, tidak diperbaiki juga tidak apa-apa." Komar membuka topi dan menggaruk-garuk kepalanya.
"Ya, tapi kamu tetap harus punya pilihan," tegas Ohle.
"Nanti aku diskusikan sama istri dulu."
"Emangnya istrimu tahu tentang bangunan?"
Komar hanya menggeleng sambil tersenyum.
Ohle merengut melihat jawaban Komar dengan gelengan kepalanya.
Sementara itu, Pak Entang dan tim yang dibentuknya terus bekerja. Setiap malam dievaluasi. Jangan sampai keputusan yang diinginkannya gagal.