Mohon tunggu...
Uphiy Al Fathiin
Uphiy Al Fathiin Mohon Tunggu... -

Sedang belajar menulis dan berproses menjadi penulis yg baik. Kritik dan saran yg membangun sangat dibutuhkan😊

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cintaku Teman Sebangkuku

18 Februari 2018   20:59 Diperbarui: 18 Februari 2018   21:01 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Apaan sih, enggak. Aku hanya kagum aja kok sama dia", aku kembalikan buku catatannya.

"Kagum apa kagum? Awalnya sih kagum aja, tapi lama -- lama cinta juga hahaha. Cerita dong, siapa sih dia?", ternyata jawabanku tadi belum membuat dia berhenti penasaran.

Otakku berpikir keras mencari objek seseorang yang aku kagumi. Tanganku memainkan bolpoin beberapa saat. Akhirnya dengan penuh pertimbangan, aku tuliskan sebuah nama kakak tingkat yang kebetulan mempunyai inisial sama dengan namanya. Maafkan aku, kak, kamu kujadikan sasaran kebohongan ini, batinku meminta maaf. Kusodorkan buku catatannya. Mataku meliriknya, dia manggut -- manggut dan menyunggingkan senyum jailnya.

"Apa sih hebatnya dia sampai kamu diam -- diam menyukainya? Gantengan juga aku", tanyanya usil. Dia masih penasaran dan menanyaiku ketika jam pelajaran berkhir.

"Pede banget kamu, ya. Ya kerenan dia banget lah. Pokoknya dia tu keren banget, sampai nggak ada kata yang dapat mewakili ungkapan kagumku padanya", jawabku  sambil sesaat menatap matanya. Aku bergegas keluar kelas untuk menormalkan jantungku yang berdebar tak karuan karena tatapannya barusan.

Akhirnya dia pun percaya. Imbasnya, dia selalu mengejekku ketika secara tak sengaja kita jalan bareng lalu berpapasan dengan kakak tingkatku itu. Dan aku bersikap biasa saja karena memang tak ada rasa apa -- apa. Terkadang aku juga merasa lucu dengan sandiwara ini.

Dua tahun terakhir SMAku terasa begitu singkat karena kehadirannya. Tak terasa kita sudah berada di ujung masa -- masa SMA. Sebelum acara wisuda di gelar, aku dan dia berjanji untuk saling tukar kenang -- kenangan. Aku sudah menyiapkan kenang -- kenangan untuknya jauh -- jauh hari. Aku berniat menyelipkan sebuah surat di dalamnya, ku beranikan diri untuk mengungkapkan perasaanku melalui surat ini.

Acara wisuda pun datang. Kita sangat bahagia waktu itu. Di akhir acara, aku berfoto dengannya, dengan guru -- guruku, orangtuaku, orangtuanya, dan kedua sahabatku. Sampai aku lupa kalau kita mau tukar kenang -- kenangan. Dia sudah menungguku di depan kelas. Aku menghampirinya.

"Semoga kamu suka", katanya pelan sambil menyodorkan sebuah bingkisan padaku.

"Semoga kamu juga suka", balasku sambil menyodorkan bingkisanku padanya. Setelah itu, aku dan dia hanya terdiam, duduk bersebelahan di depan kelas sambil menikmati ramainya para murid dan orangtua berfoto -- foto. Hatiku sedih berpisah dengannya hingga membuat mulutku bungkam tak mau bicara. Tak lama kemudian, dia pamit pulang duluan karena akan ada acara keluarga di rumahnya.

Aku buka bingkisan darinya. Dia memberiku album kenangan yang diisi dengan foto -- foto kita selama dua tahun terakhir. Dia menuliskan keterangan pada tiap foto.  Aku buka lembar demi lembar. Bibirku menyunggingkan senyum. Hingga pada lembar terakhir, aku menemukan sebuah tulisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun