Rumah sakit ibarat rumah baginya. Seminggu Salman pulang, seminggu yang akan dating ia harus masuk kembali ke Rumah Sakit. Saking seringnya keluar masuk rumah sakit, para perawatpun mengenal keluarga kami. Ketika Salman sedang melamun, menerawang menuju jendela, Salman bertanya pada Abah.
“Bah! Kalau itu ruangan VIP?, sama tidak rasanya denga di ruangan kelas dua ini?”.
“Iya Man itu ruangan VIP”. Jawab Abah.
Terlintas dalam pikiran Abah untuk memaksakan diri menyewa ruangan VIP selama satu hari. Hanya untuk membahagiakan Salman.
Suatu hari Abah mengajak Salman.
“Man ayo kita pindah ruangan ke VIP”
“Ah! Bah, lebih baik uangnya dipakai buat bayaran sekolah Silmi, Nazmi dan bekal Luthfi di Asrama Pesantren”. Jawab Salman.
Begitu bijak sekali jawaban yang terlontar dari remaja yang berumur 17 tahun ini. Dia tidak memikirkan kebahagiaan dirinya sendiri. Dia memikirkan kami bertiga yang keadaannya jauh lebih baik dari dirinya.
Minggu pagi, membuatku sangat sedih dan takut. Aku menerima telephon dari Abah untuk segera datang ke Rumah Sakit. Akupun bergegas menuju Rumah Sakit Al-Islam yang berada di Jl. Soekarno-Hatta. Sesampainya disana aku bertanya pada Ibuku.
“Bu, ada apa?”
“Salman masuk ICU, setelah tadi mengalami anfall”. Jawab ibu.