Mohon tunggu...
Untung Sudrajad
Untung Sudrajad Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Hobi membaca artikel Ekonomi dan Politik, Novel, Cerpen dan Puisi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Orang Cenderung Anti Kritik?

15 Februari 2023   10:33 Diperbarui: 15 Februari 2023   10:45 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era media sosial ini, orang dengan mudah menyampaikan opini dan kritik "tanpa sensor". Menyerang orang dengan dalih tertentu tanpa menyebut nama dianggap sah-sah saja.

Begitupun ketika mengkritik seseorang. Seringkali orang abai dengan etika. Meski tujuannya baik bila disampaikan dengan diksi dan narasi yang tidak pas bisa bikin hati panas.

Hal ini ternyata terkait dengan fungsi otak yang berfungsi semacam alarm tubuh yang bereaksi spontan ketika ada kata-kata yang dipersepsi sebagai "ancaman."

Di sinilah kematangan seseorang diuji. Mengelola dan merespon kritik dengan cara elegant.

Boleh jadi orang yang mengkritikmu adalah orang yang sangat peduli padamu.

Tinggal bagaimana cara meresponnya.

Sering kita dengar Para Pejabat, Guru, Orang Tua Yang Bijaksana, Alim Ulama, Tokoh Agama sering menyampaikan " Kritik tidak masalah, asal Kritik yang bersifat membangun"

Benarkah ini ?

Istilah kritik berasal dari bahasa Yunani Kritikos yang berarti "dapat didiskusikan". Kata kritikos diambil dari kata krenein yang berarti memisahkan, mengamati, menimbang dan membandingkan. Dalam konteks ini sesungguhnya kritik mengandung makna positif.

Namun orang sering menganggap kritik adalah bentuk serangan negatif terhadap eksistensi seseorang sehingga banyak orang yang alergi terhadap kritik, bahkan dianggap sebagai tindakan pembangkangan.

Mengapa demikian?

Hal ini ternyata terkait dengan kerja bagian otak yang bernama Amygdala. Amygdala berfungsi semacam alarm tubuh yang mengingatkan manusia akan bahaya.

Kritik dalam konotasi negatif akan direspon amygdala sebagai ancaman, sehingga amygdala akan bereaksi dalam bentuk " Fight or Flight"

Reaksi Fight terhadap kritikan berupa respon melawan kritikan dengan argumen, counter balik, marah, mencari kelemahan pengkritik, menyerang bahkan berlaku agresif kepada si pengkritik.

Resksi Flight terhadap kritik direspon dengan menghindar, menyembunyikan diri, lari dari kenyataan, "ngambeg" atau bahkan "baper".

Lalu bagaimana cara menyampaikan kritik yang elegant?

Menyampaikan kritik adalah seni tersendiri. Tidak ada aturan baku bagaimana seharusnya menyampaikan kritik , namun ada beberapa hal umum yang perlu menjadi perhatian terkait sifat dasar manusia.

Pada umumnya manusia senang di puji, di dukung dan mendapat masukan dengan narasi yang santun.

Sebaliknya pada umumnya manusia tidak senang dikritik, diperintah dan dibantah.

Karena itu dalam menyampaikan kritik sebaiknya memperhatikan kaidah tersebut agar pesan yang disampaikan efektif dengan cara:

1. Memperhatikan Timing yang tepat, forum yang tepat dan pada orang yang tepat.

2. Awali dengan kalimat pembuka yang sugestif dengan menyampaikan tujuan, misalnya "Saya akan menyampaikan pendapat saya demi kebaikan kita bersama ..... "

3. Sebelum menyampaikan kritik, berikan apresiasi tulus terhadap apapun yang sudah dikerjakan, terlepas kamu sepakat atau tidak.

4. Sampaikan argumenmu berdasarkann fakta atau data. Jangan menyerang secara personal.

5. Berikan juga masukan bagaimana sebaiknya, apa solusinya. Jangan asal mengkritik tetapi tidak bisa memberikan saran alternatifnya.

6. Tutup dengan pernyataan terima kasih dan harapanmu.

Pesan atau kritik apapun akan efektif bila bisa menyentuh bagian pre frontal cortex (otak kebijaksanaan). Untuk itu tata cara, diksi dan narasi yang santun sangat penting diperhatikan. Tujuannya supaya seseorang dapat menangkap substansinya bukan menyentuh amygdalanya yang menimbulkan reaksi fight or flight.

Namun mengkritik adalah seni dan dipengaruhi berbagai aspek termasuk sosial, budaya dan sistem yang berlaku. Semua bergantung cara pandang dan penerimaan masing-masing.

Namun alangkah bijaksana bila mengkritik tidak di depan umum kecuali ada kondisi dan pertimbangan khusus. Bicaralah secara langsung empat mata dari pada disampaikan di depan orang banyak.

Karena sesungguhnya setiap orang ingin diperlakukan sebagaimana kamu ingin diperlakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun