ABSTRAK
Kata Kunci Motorik halusa dan mozaik
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik anak Usia 5-6 tahun di kelompok B TK IT permata Mulia Blora Kab. Blora dengan bermain mozaik.
subjek penelitian adalah mahasiswa PPG Daljab 3 Undiksha Bali dan 14 peserta didik kelas TK B Saturnus TK IT Permata Mulia Blora tahun ajaran 2020-2021
Rancangan Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari perencanaan, Pelaksanaan. Evaluasi Refleksi dan Tindak lanjut dengan harapan tujuan penelitian tercapai di kondisi pembelajaran daring di era new normal karena pandemi covid 19
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Anak usia dini adalah individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya (Sujiono, 2012:6).Â
Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias, dan memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak usia dini secara umum adalah anak-anak yang berusia 0 sampai 6 tahun.Â
Pada masa ini anak mengalami periode yang sangat penting yaitu pembentukan otak, kepribadian, memori dan aspek perkembangan yang lain. Usia itu sebagai usia penting bagi perkembangan inteligensi permanen dirinya, mereka juga mampu menyerap informasi yang sangat tinggi. Peran serta pemerintah dan orang tua sangat dibutuhkan supaya anak dapat berkembang dengan baik, cerdas, dan dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Hal inilah yang menjadi pentingnya pendidikan anak usia dini.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan.Â
Untuk mengoptimalkan kemampuan anak, seseorang perlu memberikan rangsangan terhadap aspek-aspek perkembangannya termasuk perkembangan keterampilan motoriknya.Â
Masa pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini harus dipantau secara terus menerus dan holistik agar dapat diketahui kesiapan dan kematangannya, baik yang berhubungan dengan kemampuan dasar maupun perkembangan pembiasaan yang akan membentuk pribadi.
Tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan potensi anak sejak dini, secara khusus diuraikan "anak mampu mengelola keterampilan tubuh termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan sensorik" (Sujiono, 2012: 43).Â
Pendidikan anak usia dini memiliki tujuan agar anak usia dini dapat mengembangkan kemampuan motorik halus seperti menggunakan alat tulis, mengunting, menempel, dll. Berdasarkan kurikulum yang telah didapatkan dari sekolah kemampuan motorik halus anak bertujuan agar anak mampu menggunakan otot-otot tangan dalam berbagai kegiatan seperti memegang alat tulis dengan benar, mewarnai, dan menempel gambar dengan tepat dengan berbagai teknik.
Aspek-aspek pekembangan anak usia dini yang dikembangkan di PAUD meliputi perkembangan nilai agama dan moral, kognitif, bahasa, fisik motorik, dan sosial emosional (Trianto, 2011:15-19).Â
Menurut Gunarti, dkk. (2010:2.14) perkembangan fisik memiliki peran yang sangat penting bagi anak karena perkembangan fisik seorang anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Perkembangan fisik dan motorik tidak dapat dipisahkan karena saling mendukung satu sama lain. Pekembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoodinir antara beberapa hal yaitu susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord (Decaprio, 2013:16).Â
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan yang menggunakan otot-otot besar seperti berlari, melompat, berjalan dan lain sebagainya, sedangkan motorik halus merupakan gerakan yang melibatkan otot-otot halus yang ada pada tangan misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, membuat mozaik, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Pengembangan fisik motorik merupakan salah satu perkembangan kemampuan dasar di Taman Kanak-kanak (TK). Materi kegiatan perkembangan fisik motorik mencakup kegiatan yang mengarah pada kegiatan untuk melatih motorik kasar dan halus, yang terdiri atas gerakan-gerakan jalan, lari, lompat, menempel, menggunting, melipat dan sebagainya. Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan saraf, oleh karena itu, anak akan sulit menunjukkan suatu keterampilan motorik tertentu jika yang bersangkutan belum mengalami kematangan (Trianto, 2011:15).
Kemampuan motorik halus setiap anak berbeda-beda dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulai yang didapatkannya. Lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak.Â
Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa pertama kehidupannya. Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Pada anak usia 5-6 tahun terdapat peningkatan pekembangan otot kecil dan koordinasi mata dan tangan serta peningkatan dalam penguasaan motorik halus yaitu anak dapat menggunakan gunting, pensil, dll (Sujiono, 2012:65).
Pembelajaran di dalam kelas harus didukung dengan metode pembelajaran, sebagai pendukung berkembangnya kemampuan yang dimiliki oleh anak. Metode pembelajaran yang variatif juga dapat menjadi strategi pengembangan pembelajaran di kelas.Â
Metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak adalah metode demonstrasi. Menurut Gunarti, dkk (2010:9.3) "Metode demonstrasi adalah suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan mendengarkan yang diikuti dengan meniru pekerjaan yang di demonstrasikan".Â
Kemampuan motorik halus dapat meningkat karena dengan metode demonstrasi anak dapat memperhatikan contoh yang diberikan Pendidik serta dapat menirukannya dengan benar. Pembelajaran di dalam kelas yang aktif dan menyenangkan juga memerlukan sarana pendukung, yang dapat membantu Pendidik dalam menyampaikan pembelajaran agar dapat tersampaikan secara maksimal.
Anak perlu mendapatkan kesempatan untuk menggunakan kemampuan motoriknya. Tantangan bagi Pendidik adalah menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan bagi anak agar anak dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar. Upaya yang dapat dilakukan oleh Pendidik untuk meningkatkan kemampuan motorik anak adalah melalui pembelajaran yang menarik. Dengan pembelajaran yang menarik tersebut anak dapat melatih otot-otot tangan, dan melatih koordinasi mata dan tangannya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di TK Islam Terpadu Permata Mulia Blora Kelas TK B Satrunus, dari 14 siswa di kelas, ada 10 anak yang keterampilan motorik halusnya belum berkembang secara optimal.Â
Anak-anak mengalami kesulitan dalam menggerakkan koordinasi tangan dan mata khususnya dalam kegiatan menempel benda-benda kecil, anak masih banyak meminta bantuan Pendidik. Ketika pembelajaran menempel masih ada anak-anak yang menempel tidak sesuai pola gambar.Â
Terdapat beberapa faktor yang yang menyebabkan kurangnya perkembangan kemampuan motorik halus anak di kelas antara lain kondisi kelas yang urang kondusif, kegiatan pembelajaran yang digunakan Pendidik monoton dan motivasi yang diberikan Pendidik kepada anak dalam melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan motorik halus juga belum maksimal.Â
Kondisi kelas yang kurang kondusif karena di dalam kelas hanya terdapat satu Pendidik, sedangkan anak TK B sangat aktif dan tidak bisa diam. Media pembelajaran yang digunakan Pendidik kurang variatif, Pendidik hanya menggunakan media seperti majalah dan kegiatan yang sering dilakukan untuk mengembangkan motorik halus adalah menggambar dan mewarnai.
Pembelajaran di dalam kelas memerlukan alternatif yang efektif sehingga bisa meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak. Pendidik dapat melakukan inovasi dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan, seperti melakukan strategi pembelajaran baru yang dapat membuat anak tertarik terhadap pembelajaran.Â
Pendidik juga dapat menggunakan media selain majalah, seperti menggunakan media gambar dengan ukuran yang dapat menjangkau anak dan media benda asli, melalui kegiatan yang menyenangkan serta penggunaan media yang tepat dapat membuat anak merasa tertarik terhadap kegaiatan yang ada di dalam kelas.Â
Kegiatan di sekolah terutama di dalam kelas, harus selaras dengan tujuan pendidikan, serta prinsip pembelajaran anak usia dini yaitu pembelajaran berpusat pada anak. Penyusunan kegiatan pembelajaran juga harus sesuai dengan kurikulum, karena penyusunan kurikulum sudah disesuaikan dengan memperhatikan seluruh potensi anak agar berkembang secara maksimal.
Mengatasi permasalahan yang timbul dalam pembelajaran di kelas ini, maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dilakukan perbaikan dalam proses belajar mengajar dalam kelas, sebaiknya pada saat kegiatan pembelajaran di kelas Pendidik melakukan kegiatan yang menyenangkan, mengajak anak aktif dalam pembelajaran di kelas, serta penggunaan media yang lebih menarik perhatian anak.
Pendidik dapat memberikan kegiatan mozaik dengan metode demonstrasi dan pemberian tugas , sehingga dapat membantu meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Melalui metode demonstrasi Pendidik dapat menunjukkan pada anak cara membuat mozaik dengan baik mulai dari menjimpit, memberi lem, dan menempelkan dengan tepat pada pola gambar. Di dalam kegiatan mozaik anak akan berlatih mengembangkan kreativitasnya dan melatih motorik halusnya dengan mengkoordinasikan jari tangan dan mata. Bahan yang digunakan juga bervariasi yaitu menggunakan bahan alam untuk meningkatkan kegiatan mozaik.
METODE
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008), mozaik atau mosaik diartikan sebagai suatu rekaan atau bentuk yang terdiri atas batu kecil-kecil berwarna yang ditempelkan pada alas semen. Dalam seni rupa, mozaik merupakan karya seni berbentuk dua dimensi maupun tiga dimensi dengan teknik tempel yang mengkombinaskan berbagai macam kepingan bahan yang disusun dan ditempel sesuai dengan yang diinginkan.
Kepingan ini tidak hanya berupa batu-batu kecil berwarna sebagaimana pengertian mozaik menurut kamus di atas. Melainkan juga dapat berupa kepingan yang terbuat dari kertas, kulit telur, keramik, kaca, daun, kayu atau lain sebagainya. Kepingan-kepingan yang bentuknya tidak beraturan tersebut kemudian ditempel pada media alas seperti kertas, kanvas, lantai atau dinding yang telah diberi pola sebelumnya hingga membentuk gambar yang diinginkan.
Dengan bermain mozaik diharapkan anak memunculkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau yang terkenal HOTS pada peserta didik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pra siklusÂ
Sebelum melakukan tindakan pada siklus I, peneliti melakukan observasi prasiklus yaitu dengan melakukan pengamatan untuk mengetahui permasalahan anak yang paling banyak muncul di lembaga TK Islam Terpadu Permata Mulia Blora. Dan peneliti melihat permasalahan yang muncul adalah lemahnya motorik halus yang mereka miliki. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, dari 14 anak, yang sudah terlihat baru 3 anak yang kememampuan motorik halus yang dimiliki berkembang sesuai harapan, 9 mulai berkembang dan 2 yang lain mereka bingung.
2. Siklus 1Â
Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung khususnya selama BDR Belajar Dari Rumah secara Daring TK B / Saturnus TK IT Permata Mulia Blora Kabupaten Blora. Observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan motorik halus dengan bermain mozaik dengan bahan alam.
Observasi berpedoman pada pedoman observasi yang berbentuk checklist dan didukung oleh catatan lapangan selama proses pembelajaran Daring. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru, diperoleh hasil sebagai berikut:
Pada pertemuan pertama anak-anak sudah fokus dengan materi yang diberikan guru, anak-anak masih ada yang ramai sendiri, anak-anak masih banyak yang belum terlihat tertarik melakukan mozaik dengan media bahan alam.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru melakukan analisis terhadap proses pembelajaran untuk merangsang kemampuan motorik halus dengan bermain mozaik bahan alam. Analisis ini dilakukan oleh guru dan peneliti dengan cara berdiskusi, mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilalui, serta melihat kekurangan-kekurangan yang ada guru dan peneliti juga berpedoman pada hasil observasi keterampilan motorik halus pada anak melalui pedoman observasi.
3. Siklus 2
Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung khususnya selama BDR Belajar Dari Rumah secara Daring TK B / Saturnus TK IT Permata Mulia Blora Kabupaten Blora. Observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan motorik halus dengan bermain mozaik dengan bahan alam.
Observasi berpedoman pada pedoman observasi yang berbentuk checklist dan didukung oleh catatan lapangan selama proses pembelajaran Daring. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru, diperoleh hasil sebagai berikut:
Pada pertemuan pertama anak-anak sudah fokus dengan materi yang diberikan guru, anak-anak masih ada yang ramai sendiri, anak-anak masih banyak yang belum terlihat tertarik melakukan mozaik dengan media bahan alam.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru melakukan analisis terhadap proses pembelajaran untuk merangsang kemampuan motorik halus dengan bermain mozaik bahan alam. Analisis ini dilakukan oleh guru dan peneliti dengan cara berdiskusi, mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilalui, serta melihat kekurangan-kekurangan yang ada guru dan peneliti juga berpedoman pada hasil observasi keterampilan motorik halus pada anak melalui pedoman observasi.
4. Siklus 3
Observasi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung khususnya selama BDR Belajar Dari Rumah secara Daring TK B / Saturnus TK IT Permata Mulia Blora Kabupaten Blora. Observasi digunakan untuk mengetahui kemampuan motorik halus dengan bermain mozaik dengan bahan alam.
Observasi berpedoman pada pedoman observasi yang berbentuk checklist dan didukung oleh catatan lapangan selama proses pembelajaran Daring. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru, diperoleh hasil sebagai berikut:
Pada pertemuan pertama anak-anak sudah fokus dengan materi yang diberikan guru, anak-anak masih ada yang ramai sendiri, anak-anak masih banyak yang belum terlihat tertarik melakukan mozaik dengan media bahan alam.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru melakukan analisis terhadap proses pembelajaran untuk merangsang kemampuan motorik halus dengan bermain mozaik bahan alam. Analisis ini dilakukan oleh guru dan peneliti dengan cara berdiskusi, mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilalui, serta melihat kekurangan-kekurangan yang ada guru dan peneliti juga berpedoman pada hasil observasi keterampilan motorik halus pada anak melalui pedoman observasi.
Adapun hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa :
- Anak-anak sangat antusias dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru dengan media zoom meeting.
- Anak-anak kurang tertarik bermain mozaik bahan alam
- Anak-anak perlu dimotivasi untuk yakin bahwa dia mampu.
Peningkatan kemampuan motorik halus anak sudah terlihat walaupun tidak terlalu besar akan tetapi hal tersebut belum maksimal dan memuaskan, ini berarti guru dan peneliti perlu memperbaiki proses pembelajaran berdasarkan hasil analisis. Oleh sebab itu peneliti dan guru membuat perencanaan untuk tindakan pada siklus berikutnya.
- Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan pembelajaran.
- Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada siklus berikutnya.
- Menganalisis tingkat kemajuan pelaksanaan pembelajaran dari siklus ke siklus. Dari analisis tersebut akan diketahui keefektifan yang telah di susun. Serta indicator efektif untuk memperbaiki hasil observasi
SIMPULAN
Hasil evaluasi siswa dianalisis dengan prosentasi rata-rata kelas, dengan membandingkan hasil tiap siklus dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:
Anak Mampu = anak dengan nilai BSH/BSB : jumlah anak
Anak Mampu = 13:14= 0,93
Observasi atau pengamatan merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati perilaku dan aktivitas anak dalam suatu waktu atau kegiatan. Indikator Keberhasilan Indikator yang digunakan untuk mengatur peningkatan prestasi belajar siswa adalah ketuntasan anak didik dalam menguasai materi. Hal ini dapat dikatakan tuntas jika :
1. Tingkat kemampuan anak dengan nilai rata-rata BSH
2. Ketuntasan klasikal dalam kelas mencapai 93 % masih perlu ditingkatkan lagi. Pada siklus ke 2 ini meningkat 22 % dibanding pekan kemaren
DAFTAR PUSTAKA
Sujiono, dkk. 2005. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sujiono, Y.N. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.
Hasan Maimunah. (2009). Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : DIVA Press
Kurniasih Imas. (2012). Bukan Guru Biasa. Yokyakarta : Arta Pustaka.
Masnipal. (2013). Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Setiawan Denny. (2008). Analisis Kegiatan Pengembangan PAUD. Jakarta : Universitas Terbuka. Departemen Pendidikan Nasional
Sustiwi Atik. (2011). Â Multiple Intelligences. Yogyakarta : Mitra Buku.
Tedjasaputra Mayke S. (2001). Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta : Grasindo Widiasarana Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H